Kamis, 17 Oktober 2013

Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Penggunaan Metode Karimah pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011


A.   Judul
Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Penggunaan Metode Karimah pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011
B.   Penulis
Nama                    : Eman Sudirman, S.Pd.I
Tempat Tugas       : SD Negeri 2 Legokjawa, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
No. Hp                   : 085321830808
C.   Abstrak
ABSTRAK
Permasalahan pokok yang akan dipecahkan lewat penelitian tindakan kelas ini adalah : Usaha guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an. Tujuannya supaya siswa dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Hipotesis tindakannya adalah : jika guru melaksanakan tambahan pelajaran membaca Al-Qur'an dengan menggunakan metode karimah maka siswa dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Penelitian ini merupakan tindakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran PAI terutama dalam membaca ayat Al-Qur'an di kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis. Aktor utamanya adalah guru mata pelajaran PAI di kelas tersebut. Penelitian dilakukan dalam 4 siklus.
Setiap siklus terdiri dari 3 tindakan yaitu : penanaman pentingnya membaca Al-Qur'an, pengembangan belajar kreatif dengan mengoptimalkan penggunaan metode karimah, iqro', drill, dan demontrasi, serta pemberian motivasi (pujian). Untuk memantau status kemajuan siswa dalam membaca Al-Qur'an serta merekam tindakan guru dan reaksi siswa menggunakan alat bantu lembar pengamatan dan catatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase siswa yang dapat membaca Al-Qur'an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an 92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
Dengan demikian jika guru melakukan upaya-upaya (menanamkan pentingnya membaca Al-Qur'an, pengembangan belajar kreatif dengan pengoptimalan metode karimah, iqro, drill, demonstrasi, dan pemberian motivasi) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an maka siswa akan dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Penggunaan metode karimah terbukti dapat meningkatkan persentase dan kualitas membaca Al-Qur'an pada siswa yang menjadi subjek penelitian. Dengan demikian metode ini dapat digunakan dan dikembangkan untuk membantu guru dalam memecahkan persoalan yang sejenis untuk kelas yang berbeda dengan latar belakang yang hampir sama. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an.

D.   Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan, Membaca Al Qur’an, Metode Karimah
E.   Pendahuluan
a.    Latar Belakang Masalah
Guru adalah motor utama yang mendapat tanggung jawab langsung untuk menterjemahkan kurikulum ke dalam aktivitas belajar mengajar (Soedijarto, 1993:58). Untuk itu guru perlu memiliki kemampuan personal, profesional dan kemampuan sosial untuk menunjang tugasnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemampuan tersebut diupayakan untuk dikembangkan dan ditingkatkan agar mencapai tingkat profesi yang optimal. Proses pertumbuhan profesi dimulai sejak guru mulai mengajar dan berlangsung sepanjang hidup dan karier hidup (Sehertian, 1994:7). Kesadaran guru untuk itu ternyata belum begitu nampak.
1
Tenaga yang profesional lebih mengutmaakan kemampuan merencanakan dan mengelola proses belajar mengajar yang kondusif bagi perkembangan peserta didik yang mengadakan perbaikan secara berkesinambungan dengan merefleksi diri terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT. dan memeluk Agama Islam seharusnyalah dapat mengetahui isi Kitab Al Qur’an dengan cara mempelajari/membaca kitab tersebut, karena membaca Al Qur’an merupakan perintah Allah SWT. sebagaimana tersurat dalam firman Allah Surat Al ’Alaq ayat 1 s/d 5 , yang artinya Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al Qur’an dan Terjemahan, 1984:1077).
Rasulullah Muhammad saw., pernah bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه لبخارى)
Artinya :  Sebaik-baik kamu adalah yang mau belajar membaca Al Qur’an dan mengajarkannya (HR. Bukhori), (Salim Bahreisy, 1986:123).
Membaca Al Qur’an bagi umat Islam merupakan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu keterampilan membaca Al Qur’an perlu diberikan kepada anak sejak dini mungkin, sehingga nantinya diharapkan setelah dewasa dapat membaca, memahami dan mengamalkan Al Qur’an dengan baik dan benar.
Pemberian pelajaran Al Qur’an sebaiknya melalui tri pusat pendidikan yaitu : keluarga, sekolah dan masyarakat, dimana yang paling dominan dan waktunya banyak adalah di dalam keluarga. Oleh karena itu yang paling menentukan berhasil/tidaknya anak dapat membaca Al Qur’an adalah pendidikan informal di tengah keluarga.
Di sekolah perlu adanya pelajaran Al Qur’an, hanya saja waktu dan sarananya terbatasi, materi yang diberikan kepada siswa terbatas, jam pelajaran yang terbatas dalam kurikulum juga terbatas (hanya 2 jam pelajaran per minggu), di samping itu PAI tidak termasuk pelajaran yang di-EBTANAS-kan, sehingga siswa kurang mendapat pelajaran dengan maksimal serta kurang perhatiannya. Supaya siswa dapat membaca, memahami Al Qur’an dengan baik dan benar maka diadakan tambahan pelajaran Al Qur’an dengan metode KARIMAH. Pendidikan dalam masyarakat juga penting, karena anak lebih banyak bergaul dengan masyarakat yang dapat mempengaruhi sifat, watak dan perilakunya sehari-hari. Karena pentingnya pengetahuan tentang Al Qur’an, maka penulis berusaha mengangkat masalah ini menjadi obyek pembahasan penelitian dengan usaha penambahan pelajaran Al Qur’an di sekolah.
Mengacu pada pemikiran dan realita yang ada, peneliti tertarik untuk memberikan tindakan yang membuat siswa dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Dorongan untuk membantu memecahkan masalah ini timbul karena melihat sendiri keadaan siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Harapannya selesai penelitian ini siswa dapat membaca ayat Al Qur’an dengan baik dan benar.
b.    Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Masih banyak siswa yang belum dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
2. Ketidakmampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar disebabkan karena kurang banyak latihan.
3. Melalui metode karimah dapat meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
c.    Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut di atas, perlu adanya batasan masalah, agar penelitian dapat berlangsung dengan baik. Batasan masalah dimaksud, sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar diperlukan metode karimah.
2. Metode pengajaran yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar yaitu dengan metode karimah, drill, dan demonstrasi.
Bertolak dari batasan masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah menggunakan metode karimah agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Quran dengan baik dan benar?
2. Apakah dengan menggunakan metode karimah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar?”
d.    Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar melalui penggunaan karimah. Selain itu, juga ditujukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.    langkah-langkah menggunakan metode karimah agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Quran dengan baik dan benar;
2.    peningkatan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar setelah digunakan metode karimah.
e.    Manfaat Penelitian
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan proses belajar mengajarnya terutama dalam meningkatkan kemampuan siswa membaca dan memahami Al Qur’an. Di samping itu juga bermanfaat bagi siswa itu sendiri sehingga dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar serta dapat meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT.
Selain itu hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah yang mengalami permasalahan yang hampir sama dan sejenis, sebagai batu pijakan dan perbandingan untuk perbaikan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
f.     Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan

1.    Kajian Teori Al Quran

a)    Pengertian Al Qur’an

Dalam mengartikan kata Al Qur’an sedikitnya ada dua golongan yang berbeda pendapat, yaitu sebagai berikut.

1)      Golongan pertama yang diwakili antara lain oleh Al Lihyani berpendapat bahwa Al Qur’an adalah bentuk masdar mahfudz mengikuti wazan Al Ghufran dan ia merupakan mustaq dari kata Qaraa yang mempunyai arti sama dengan tala. Al Qur’an bisa juga disebut Al Muq’ru yang merupakan sebutan bagi obyek dalam bentuk masdarnya.

2)      Golongan kedua yang diwakili antara lain oleh Az Zujaj berpendapat bahwa Al Qur’an diidentikkan dengan wazan Fu’lan yang merupakan musytaq dari lafal Al Qar’u yang mempunyai arti al jam’u. Ibnu Atsir juga berpendapat bahwa disebut Al Qur’an karena di dalamnya memuat kumpulan kisah-kisah. Amar ma’ruf nahi munkar, perjanjian, ancaman, ayat-ayat dan surat-surat lafal Al Qur’an adalah bentuk masdar seperti kata Ghufran dan Khufran (Atsir, IV, tt : 30). Dari beberapa pendapat tersebut mereka sepakat bahwa Al Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, bagi yang membaca-nya merupakan ibadah dan mendapat pahala (Fahd Bin Abdurrahman Ar Rumi, terjemahan 1996:41).



b)   Cara Membaca Al Qur’an
Di antara adab-adab membaca Al Qur’an, yang terpenting adalah sebagai berikut.
1) Disunatkan membaca Al Qur’an sesudah berwudhu, dalam keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil Al Qur’an hendaknya dengant angan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan.
2) Disunatkah membaca Al Qur’an di tempat yang bersih, seperti : di rumah, di surau, di mushalla dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih. Tapi yang paling utama ialah di masjid.
3) Disunatkan membaca Al Qur’an menghadap ke qiblat, membacanya dengan khusyu’ dan tenang; sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.
4) Ketika membaca Al Qur’an, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al Qur’an mulut dan gigi dibersihkan lebih dahulu.
5) Sebelum membaca Al Qur’an, disunatkan membaca ta’awwudz, yang berbunyi : a’udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah itu barulah dibaca Bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya, diminta lebih dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh dari pengaruh tipu-daya syaitan, sehingga hati dan fikiran tetap tenang di waktu membaca Al Qur’an, terjauh dari gangguan-gangguan.
6) Disunatkan membaca Al Qur’an dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang.
7) Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Qur’an, disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya.
8) Dalam membaca Al Qur’an itu, hendaklah benar-benar diresapkan arti dan maksudnya.
9) Disunatkan membaca Al Qur’an dengan suara yang bagus lagi merdu, sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan uslubnya Al Qur’an.
10) Sedapat-dapatnya membaca Al Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain yang semacam itu, ketika sedang membaca Al Qur’an. Sebab pekerjaan yang seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti tidak menghormati kesuciannya. (Depag RI, 1984:125-128).


c)    Metode Membaca Al Qur’an 
Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan untuk memilih dan menetapkan suatu metode harus memiliki guru semenjak awal sehingga tidak salah dalam penggunaan metode tersebut. Pilihan suatu metode sangat bergantung pada :
1.  Tujuan yang ingin dicapai pada proses belajar mengajar.
2.  Siswa yang belajar, mengenai kemampuan dan latar belakangnya.
3.  Guru yang mengajar, mengenai kemampuan dan latar belakangnya.
4.  Keadaan proses belajar mengajar.
5.  Alat dan sarana yang tersedia. (Depag RI, 1994:85).
Dalam penggunaan metode mengajar baca tulis Al Qur’an Mahmud Yunus mengemukakan 4 (empat) metode, yaitu sebagai berikut.
1.  Metode abjad yaitu mengajarkan huruf Al Qur’an dari nama-nama huruf, kata perkata kemudian kalimat.
2.  Metode suara yaitu ada kesamaan dengan metode abjad tetapi huruf diajarkan menurut bunyi.
3.  Metode kata-kata yaitu memperhatikan kata-kata yang dibacakan guru kemudian menirukannya.
4.  Metode kalimat yaitu dimulai dari kalimat, kemudian kata kemudian huruf. (Mahmud Yunus, 1981 : 6-20).
Sedangkan As’ad Humam berpendapat bahwa (1994:30) “Dengan metode iqro’ metode ini mengandung/mempunyai 10 (sepuluh) sifat, yaitu : Bacaan langsung, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Privat/Klasikal, Modul, Praktis, Asistensi, Sistematis, Variatif, Komunikatif, Fleksibel.”
d)   Tingkat-tingkat Membaca Al Qur’an
Adapun tingkat kemahiran membaca Al Qur’an secara sederhana dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu sebagai berikut.
1.  Tingkat dasar yaitu dapat membaca Al Qur’an secara sederhana (belum terikat oleh tajwid dan lagu).
2.  Tingkat menengah yaitu dapat membaca Al Qur’an dengan mengikuti tanda baca dan cara lain sesuai dengan tajwid.
3.  Tingkat maju yaitu dapat membaca Al Qur’an dengan bacaan dan lagu yang baik sesuai dengan bentuk-bentuk lagu.
4.  Tingkat mahir yaitu dapat membaca Al Qur’an dalam berbagai cara (qiraat) (Depag RI, 1993:1).
e)    Metode Karimah
Setelah melalui riset dan uji coba yang cukup lama, metode karimah dirasakan lebih Cepat, Mudah dan Menyenangkan bagi siswa. Ini pula yang menjadikan manajemen metode karimah optimis untuk dapat mewujudkan semua orang Islam mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil.
Dengan teknik Scanning-Story-Saying yang dipadukan dengan pendekatan Multiple Intelligence serta Real Monitoring berbasis IT sebagai Kendali Mutunya, metode karimah menjadikan belajar Al-Qur’an menjadi menyenangkan, terukur dan terkendali.
1.  MUDAH, Disusun dengan pendekatan dan kaidah yang berbeda dengan metode baca al-Quran yang ada pada umumnya, menjadikan metode Karimah menjadi metode yang paling mudah untuk di pelajari.
2.  MENYENANGKAN, Disusun dengan konsep Revolusi Belajar, memenuhi konsep pembelajaran yang di sesuaikan dengan psikologi pembelajaran menjadikan metode Karimah menjadi metode belajar al-Quran yang paling menyenangkan.
3.  CEPAT, Dibuat sesuai dengan cara kerja otak, mengkombinasikan pendekatan keseimbangan otak kiri dan otak kanan serta modalitas pembelajaran menjadikan metode Karimah menjadi metode belajar al-Quran yang cepat.
4.  BERGARANSI, Target dari metode Karimah adalah setiap orang mampu membaca Al-Quran, karena ada komitmen untuk menggaransi setiap siswa agar mampu membaca Al-Quran dengan jaminan supervisi dan ugrading berkala.
2.    Hipotesis Tindakan
Bertolak dari pokok masalah, kajian teori, dan hasil penelitian yang relevan seperti di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis tindakan yang berbunyi sebagai berikut “Penggunaan metode karimah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Quran dengan baik dan benar”.
F.    Metodologi Penelitian
a.    Subjek Penelitian
         Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis pada tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 40 orang siswa, yang terdiri atas 22 siswa putri dan 18 siswa putra. Aktor utamanya adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang bertugas mengajar di kelas ini.
b.  Teknik Pengumpulan Data
         Di dalam penelitian untuk mendapatkan data dalam yang relevan dengan masalah diupayakan melalui beberapa teknik, yakni dokumentasi, angket, interviu, tes, dan observasi.
Penggunaan teknik-teknik tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.    Teknik Dokumentasi
Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 1993:89). Di dalam melaksanakan teknik ini, peneliti menyelidiki terutama berupa arsip-arsip, termasuk juga buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Adapun yang penulis maksud dalam dokumen ini adalah daftar siswa. 

2.    Teknik Angket
Di dalam penelitian ini dipakai angket angket sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, di mana data tersebut adalah mengenai usaha guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an melalui penggunaan metode karimah.
3.    Teknik Interviu
Dari interviu ini penulis dapat mengetahui lebih jelas tentang bagaimana usaha peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an melalui penggunaan metode karimah.
4.    Teknik Observasi
Dengan teknik ini penulis dapat mengetahui secara jelas dari subjek penelitian, maka secara langsung peneliti dapat mengamati hal yang ada hubungannya dengan masalah yang penulis jadikan alat bantu utama dalam kebenaran data. Adapun jenis observasi yang penulis pergunakan adalah “teknik observasi sistematik, karena dalam hal ini teknik tersebut digunakan sebagai teknik bantu, yang sekaligus akan memberikan kemungkinan dalam mencari data, sampai sejauh mana tentang usaha peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an melalui penggunaan metode karimah.
5.    Teknik Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan dan atau bentuk tagihan kepada peserta didik yang ditujukan untuk mengukur kemampuan dalam menguasai suatu materi ajar yang telah dipelajari. Tes dimaksud dalam penelitian ini adalah tes kemampuan membaca Al Quran dengan baik dan benar.
c.    Teknik Analisis Data
         Setelah mendapatkan data-data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis diskriptif prosentase. Adapun rumus yang digunakan untuk itu, sebagai berikut.
         Prosentasi = x 100%
Keterangan :
f    = Fekuensi/alternatif jawaban.
N   = Jumlah populasi.
         Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan cara menggunakan analisis deskriptif prosentase, yaitu dengan membandingkan siklus sebelumnya dengan siklus berikutnya dari siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus IV tindakan 3. Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengambil kesimpulan ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an melalui pengunaan metode karimah.
d.            Prosedur Penelitian
         Setting yang dipakai dalam penelitian dengan model proses, dalam satu model ditetapkan dengan tiga proses penelitian atau siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari tiga tindakan. Tindakan pertama adalah penanaman pengetahuan mempelajari Al Qur’an melalui koinsep, prinsip, teknik iqro’ dan sebagainya. Tindakan ketiga adalah memberi motivasi dan tugas membaca dan menulis Al Qur’an. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu : melaksanakan tindakan, memantau proses belajar mengajar, mengevaluasi hasil pemantauan, dan mengadakan refleksi, meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan. Semua ini terus dilakukan berdaur ulang. Sebelum melangkah ke siklus selanjutnya perlu memperhatikan dan mengacu pada keberhasilan siklus sebelumnya dan berikutnya. Setiap tindakan dalam suatu siklus, dapat meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dan penambahan frekuensi dibandingkan dengan siklus sebelumnya.
G.   Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.    Hasil Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan model proses. Proses penelitian putaran I atau siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 26 Juli 2010, siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 9 Agustus 2010, siklus III dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 23 Agustus 2010 dan siklus IV dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 6 September 2010.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan deskripsi dari keseluruhan proses penelitian tindakan kelas yang telah berlangsung.
1.    Siklus I
Tindakan I. Guru menanamkan pentingnya dapat membaca Al Qur’an akan mendapat pahala dari Allah SWT dan dapat masuk surga. Pada tindakan ini guru menuliskan QS. Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11  di papan tulis, kemudian membacakannya serta murid mendengarkan dengan seksama.
Tindakan II. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakannya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menirukan ucapan guru tentang bacaan QS Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11   secara bersama-sama dan satu persatu.
Tindakan III. Memotivasi siswa baik secara verbal maupun nonverbal (senyuman, anggukan dan kata bagus atau benar).
2.    Siklus II
Tindakan I : Menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an dan menerang-kan arti serta maksud bacaan QS. At Tiin ayat 1 s.d. 8 dan menugaskan siswa untuk mempelajari dan mempersiapkan materi untuk pertemuan berikutnya.
Tindakan II. Merencanakan pembelajaran dan melaksanakan dengan metode karimah, drill dan demonstrasi serta memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca QS. At Tiin ayat 1 s.d. 8   satu persatu.
Tindakan III. Memberi motivasi dengan memberi nilai kepada siswa yang telah selesai membaca QS. At Tiin ayat 1 s.d. 8
3.    Siklus III
Tindakan I. Mengingatkan pentingnya membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, menugaskan kepada siswa untuk membaca dan mengartikan QS.Ash-Shof ayat 1 s.d. 10 serta menerangkan bacaan yang mengandung tajwid.
Tindakan II. Merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca QS. Ash-Shof ayat 1 s.d. 10  dengan mengoptimalkan penggunaan metode karimah, drill dan demonstrasi. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan bacaan Al Qur’an serta belajar kreatif (satuan pelajaran kreatif, terlampir).
Tindakan III. Pemberian motivasi dengan memberi pujian dan nilai kepada siswa yang telah selesai membaca dan mengetahui artinya.
4.    Siklus IV
Tindakan I. Mengingatkan pentingnya membaca Al Qur’an dan meminta kepada siswa untuk membaca materi pelajaran yang telah diberikan satu persatu.
Tindakan II. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih membaca ayat Al Qur’an dan merancang serta melaksanakan pembelajaran dengan sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), kemudian memberi nilai dan pujian kepada siswa yang telah selesai membaca Al Qur’an.
Tindakan III. Memberikan motivasi berupa pujian dan rangsangan agar siswa senang membaca Al Qur’an, sehingga dapat dilaksanakan setiap saat dan setiap ada kesempatan, sehingga membaca Al Qur’an merupakan bagian dari kebutuhan hidupnya.

b.    Pembahasan
Setelah melaksanaakan dan menyelesaikan tindakan pada setiap siklus, tim peneliti melakukan diskusi dan mengadakan refleksi. Peneliti dapat memberikan laporan hasil pantauannya sehingga dapat direfleksi pembelajaran yang telah dilakukannya. Dari hasil pantauan tersebut dapat dilihat frekuensi siswa dalam membaca ayat Al Qur’an yang kemudian dapat dilakukan proses analisis data.
Tabel 2.  Frekuensi Membaca Ayat Al Qur’an                                                                       Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak,                     Kabupaten Ciamis
Siklus
Tindakan
Membaca
Tidak dapat
Dapat
Dapat/faham
I
1
2
3
36
30
28
4
10
12
3
6
9
Rata-rata
-
31
8
6
II
1
2
3
26
22
19
14
18
21
12
16
18
Rata-rata
-
22
17
15
III
1
2
3
15
12
8
25
28
32
22
25
28
Rata-rata
-
11
21
25
IV
1
2
3
5
3
1
35
37
39
33
36
38
Rata-rata
-
3
37
39

         Dari tabel 2 dapat dilihat hasil tindakan pada setiap siklus. Pada siklus I dari 40 siswa ada 36 siswa yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an, berarti ada 90%. Yang dapat membaca ayat Al Qur’an ada 4 siswa berarti ada 10% dan yang sudah dapat membaca dan faham ayat Al Qur’an ada 3 siswa berarti ada 7,5%.
         Setelah diadakan diskusi dan guru mengadakan refleksi terhadap tindakannya ditemukan bahwa siswa kurang latihan membaca Al Qur’an di rumah. Materi membaca Al Qur’an yang diberikan di sekolah sangat kurang, sehingga materi yang diterima siswa juga kurang sekali disamping minat baca Al Qur’an siswa yang rendah. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut disusun rencana pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan memahami ayat Al Qur’an.
         Pada siklus I tindakan ke 2, dari 40 siswa yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an menurun menjadi 30 siswa berarti 75 % atau turun 15%. Yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa berarti 15 % atau naik7,5 %. Penguasaan membaca siswa nampak ada kelebihan, karena guru telah membacakan terlebih dahulu dan siswa menirukannya, kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca bersama dan sendiri-sendiri.
         Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut, dirancang untuk tindakan berikutnya, tetap pada rancangan tindakan 1 dan 2 ditambah dengan pemberian motivasi (senyum, anggukan, dan kata bagus/benar) pada setiap siswa yang telah selesai membaca ayat Al Qur’an. Untuk tindakan ke 3 dari siklus I yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an menurun lagi menjadi 28 siswa 70 % atau turun 5 %. Yang dapat membaca Al Qur’an ada 12 siswa (30 %) atau naik 5,93%, yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an ada 9 siswa (22,5 %) berarti naik 5,19%.
         Rata-rata siswa dalam membaca Al Qur’an pada siklus I, yang tidak dapat membaca Al Qur’an adalah 31 siswa (77,5 %), yang dapat membaca ayat Al Qur’an ada 8 siswa (20 %) dan yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa (15 %). Meski demikian, pada siklus I ini sudah mulai nampak adanya kemajuan/peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an.
         Setelah siklus I berakhir, dilaksanakan diskusi dan refleksi untuk menyusun tindakan pada siklus II. Dalam refleksi tersebut dapat diungkapkan bahwa guru mersa masih belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca ayat Al Qur’an yang lebih banyak lagi. Oleh karena itu pada siklus I, dengan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar membaca dan memahami Al Qur’an dengan pengoptimalan metede iqro’.
         Dari tabel 2 dapat dilihat untuk siklus II tindakan I, bahwa yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an 26 siswa (65%), yang dapat membaca 14 siswa (35 %) dan yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an 12 siswa (30 %). Untuk tindakan 2, yang tidak dapat membaca 22 siswa (55 %), yang dapat membaca 18 siswa (45 %), yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an ada 16 siswa (40 %). Tindakan 3, yang tidak dapat membaca 19 siswa (47,5 %), yang dapat membaca 21 siswa (52,5 %), yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an 18 siswa (45 %).
         Jadi pada siklus II ini yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an turun 17,5  % dan yang dapat membaca naik 17,5  %, serta yang dapat/faham naik 15 %. Pencapaian hasil penumbuhan ini berdasarkan refleksi guru selaku aktor utama dalam penelitian ini masih merasa belum menyiapkan permasalahan yang dihadapi siswa terutama dalam menyiapkan permasalahan yang dihadapi siswa terutama dalam melaksanakan tindakan penerapan metode membaca Al Qur’an. Sehingga masih terdapat siswa yang belum dapat membaca ayat Al Qur’an dengan baik dan benar. Oleh karena itu setelah diadakan diskusi dan refleksi, direncanakan dilaksanakan siklus III.
         Hasil dan analisis siklus III yaitu pada tindakan I, siswa yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an ada 15 siswa (37,5 %), yang dapat membaca 25 siswa (62,5 %), dan yang dapat/faham membaca ada 22 siswa ( 55 %). Pada tindakan 2, yang tidak dapat membaca ada 12 siswa (30 %), yang dapat membaca 28 siswa (70 %), yang dapat/faham dalam membaca ada 25 siswa (62,5 %). Pada tindakan 3, yang tidak dapat membaca ada 5 siswa (12,5 %), yang dapat membaca 35 siswa (87,5%), dan yang dapat/faham ada 33 siswa (82,5 %).
         Jadi pada siklus III ini yang tidak dapat membaca Al Qur’an turun 25 % dan yang dapat membaca Al Qur’an naik 25 %, serta yang dapat/faham dalam membaca Al Qur’an naik 27,5 %, yang disebabkan karena guru mengoptimal-kan metode dan pembimbingannya.
         Pada siklus IV diperoleh hasil yaitu tindakan I, jumlah siswa yang tidak dapat membaca Al Qur’an sebanyak 5 siswa (12,5 %), yang dapat membaca 35 siswa (87,5 %), dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 33 siswa (82,5%). Pada tindakan 2, siswa yang tidak dapat membaca Al Qur’an 3 siswa (7,5%), yang dapat membaca 37 siswa (92,5%), dan yang sudah dapat/ faham ada 36 siswa (90 %). Sedangkan pada tindakan 3, yang tidak dapat membaca Al Qur’an ada 1 siswa (2,5 %), yang dapat membaca 39 siswa (97,5 %), dan yang dapat/faham ada 39 siswa (97,5 %).
         Dengan demikian mulai dari siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus IV tindakan 3 siswa yang tidak dapat membaca Al Qur’an 36 siswa menjadi 1 siswa, berarti mengalami penurunan 87,5 %, sedangkan siswa yang dapat membaca Al Qur’an dari 4 siswa menjadi 39 siswa, berarti mengalami peningkatan 87,5 %, sedangkan siswa yang dapat/faham membaca Al Qur’an dari 3 siswa menjadi 38 siswa, berarti juga mengalami peningkatan 87,5 %.
         Untuk mengetahui lebih jelas tentang peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.  Prosentase Membaca Al Qur’an                                                                                        Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak,                                Kabupaten Ciamis
Siklus
Membaca
Tidak dapat
Dapat
Dapat/faham
I
II
III
IV
77,5
55
27,5
  7,5
20
42,5
70
92,5
  15
37,5
62,5
97,5

         Dari hasil pengumpulan data yang kemudian dianalisis dengan diskripsi prosentase dan dirangkum dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa persentase siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an 92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
         Dari keseluruhan siklus yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu mengupayakan siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam membaca Al Qur’an melalui penggunaan metode karimah. Hal ini nampak jelas dalam tabel 3. Setiap siklus membawa dampak positif ke arah pertumbuhan/peningkatan.

H.   Simpulan dan Saran
a.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian ini dapatlah diambil suatu simpulan bahwa persentase siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an 92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
Dengan demikian jika guru melakukan upaya-upaya (menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an, pengembangan belajar kreatif dengan pengoptimalan metode karimah, drill, dan demonstrasi serta pemberian motivasi) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca membaca Al Qur’an, maka siswa akan dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Metode peningkatan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an telah terbukti dapat meningkatkan persentase dan kualitas membaca Al Qur’an. Dengan demikian metode ini dapat digunakan dan dikembangkan untuk membantu guru dalam memecahkan persoalan yang sejenis untuk kelas yang berbeda dengan latar belakang yang hampir sama. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an.
b.    Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini dapat diajukan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para pelaksana pendidikan khususnya guru Pendidikan Agama Islam. Adapun saran-saran dimaksud, sebagai berikut.
1.    Guru-guru dalam menyampaikan materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya mempersiapkan materi yang akan disajikan secara matang serta dapat memanfaatkan metode pengajaran yang tepat.
2.    Kepada Guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis diharapkan mampu menerapkan metode karimah, drill dan demonstrasi dalam proses pembelajaran membaca Al Qur’an, mengingat bahwa dengan menggunakan metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
3.    Kepada peneliti lain diharapkan dapat mengkaji secara lebih dalam dan luas melalui kegiatan penelitian yang terkait dengan masalah tersebut, sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
I.    Daftar Rujukan
Abu Ahmadi, 1976. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang: Toha Putra.
As’ad Humam, 1994. Buku Iqro’ Cara Cepat Membaca Al Qur’an, edisi revisi, Yogyakarta: AMM (Angkatan Muda Masjid-Mushola).
Bimo Walgito, 1985. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Yasbit.  Fak. Psikologi UGM.
Budiyono, 1995. Beban Tugas Guru dan Kualitas Proses Belajar Mengajar, Laporan Penelitian.
Departemen Agama RI. 1989. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjemahan Al Qur’an.
Depdikbud RI, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 2, Jakarta: Balai Pustaka. 
Depag RI. 1993. Bimbingan Membaca Al Qur’an. Jakarta: Dirjend. Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Depag RI. 1993/1994. Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Tahun 1994. Jakarta: Dirjend Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Fahd Bin Abdurrahman Ar Rumi, Terjemahan Amirul Hasan dan Muhammad Halagi, 1996. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi.
Hadari Nawawi, 1987. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University.
Mahmud Yunus, 1981. Metodik Khusus Bahasa Arab. Jakarta: PT. Hilda Karya.
Piet A. Sehertian, 1994. Profil Pendidikan Profesional, Yogyakarta: Andi Ofset.
Raka Joni T. 1980, Pengembangan Kurikulum IKIP/FIP/FKG Suatu Kasus Pen-didikan Berdasar Kompetensi. Jakarta, Depdikbud, P3G.
Salim Bahreusyi. 1986. Terjemahan Riadus Sholihin II. Bandung: Al Ma’arif.
Soedijarto, 1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Gramedia, Widiasarana Indonesia.
Suharsimi Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
Sutrisno Hadi, 1983. Metodologi Research II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM.
Syekh Ahmad Al Basyuni, 1994. Syarah Hadits. Bandung: Trigenda Karya.
Winarno Surahmad, 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik. Bandung: Tarsito.




1 komentar: