A.
Judul
Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui
Penggunaan Metode Karimah pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa Kecamatan
Cimerak Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2010/2011
B.
Penulis
Nama :
Eman Sudirman, S.Pd.I
Tempat Tugas :
SD Negeri 2 Legokjawa, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
No. Hp :
085321830808
C.
Abstrak
ABSTRAK
Permasalahan pokok
yang akan dipecahkan lewat penelitian tindakan kelas ini adalah : Usaha guru
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an. Tujuannya supaya
siswa dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Hipotesis tindakannya
adalah : jika guru melaksanakan tambahan pelajaran membaca Al-Qur'an dengan menggunakan metode karimah maka siswa dapat membaca Al-Qur'an
dengan baik dan benar.
Penelitian ini
merupakan tindakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran PAI terutama dalam membaca ayat Al-Qur'an di
kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis. Aktor
utamanya adalah guru mata pelajaran PAI di kelas tersebut. Penelitian
dilakukan dalam 4 siklus.
Setiap siklus terdiri
dari 3 tindakan yaitu : penanaman pentingnya membaca Al-Qur'an, pengembangan
belajar kreatif dengan mengoptimalkan penggunaan metode karimah, iqro',
drill, dan demontrasi, serta pemberian motivasi (pujian). Untuk memantau
status kemajuan siswa dalam membaca Al-Qur'an serta merekam tindakan guru dan
reaksi siswa menggunakan alat bantu lembar pengamatan dan catatan.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase siswa yang dapat membaca Al-Qur'an
mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I yang dapat membaca Al
Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat
membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus
III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an
62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an 92,5% dan yang dapat/faham
membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat membaca Al
Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
Dengan
demikian jika guru melakukan upaya-upaya (menanamkan pentingnya membaca
Al-Qur'an, pengembangan belajar kreatif dengan pengoptimalan metode karimah,
iqro, drill, demonstrasi, dan
pemberian motivasi) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an
maka siswa akan dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Penggunaan
metode karimah terbukti
dapat meningkatkan persentase dan kualitas membaca Al-Qur'an pada siswa yang menjadi subjek penelitian. Dengan demikian metode ini
dapat digunakan dan dikembangkan untuk membantu guru dalam memecahkan persoalan
yang sejenis untuk kelas yang berbeda dengan latar belakang yang hampir sama.
Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an.
D.
Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan,
Membaca Al Qur’an, Metode Karimah
E.
Pendahuluan
a.
Latar Belakang Masalah
Guru
adalah motor utama yang mendapat tanggung jawab langsung untuk menterjemahkan
kurikulum ke dalam aktivitas
belajar mengajar (Soedijarto, 1993:58). Untuk itu guru perlu memiliki kemampuan
personal, profesional dan kemampuan sosial untuk menunjang tugasnya dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemampuan tersebut diupayakan untuk dikembangkan
dan ditingkatkan agar mencapai tingkat profesi yang optimal. Proses pertumbuhan
profesi dimulai sejak guru mulai mengajar dan berlangsung sepanjang hidup dan
karier hidup (Sehertian, 1994:7). Kesadaran guru untuk itu ternyata belum
begitu nampak.
1
|
Rasulullah
Muhammad saw.,
pernah bersabda :
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه لبخارى)
Artinya : Sebaik-baik
kamu adalah yang mau belajar membaca Al Qur’an dan mengajarkannya (HR.
Bukhori), (Salim Bahreisy, 1986:123).
Membaca
Al Qur’an bagi umat Islam merupakan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu
keterampilan membaca Al Qur’an perlu diberikan kepada anak sejak dini mungkin,
sehingga nantinya diharapkan setelah dewasa dapat membaca, memahami dan
mengamalkan Al Qur’an dengan baik dan benar.
Pemberian
pelajaran Al Qur’an sebaiknya melalui tri pusat pendidikan yaitu : keluarga,
sekolah dan masyarakat, dimana yang paling dominan dan waktunya banyak adalah
di dalam keluarga. Oleh karena itu yang paling menentukan berhasil/tidaknya
anak dapat membaca Al Qur’an adalah pendidikan informal di tengah keluarga.
Di
sekolah perlu adanya pelajaran Al Qur’an, hanya saja waktu dan sarananya
terbatasi, materi yang diberikan kepada siswa terbatas, jam pelajaran yang
terbatas dalam kurikulum juga terbatas (hanya 2 jam pelajaran per minggu), di samping itu PAI tidak
termasuk pelajaran yang di-EBTANAS-kan, sehingga siswa kurang mendapat
pelajaran dengan maksimal serta kurang perhatiannya. Supaya siswa dapat
membaca, memahami Al Qur’an dengan baik dan benar maka diadakan tambahan
pelajaran Al Qur’an dengan metode KARIMAH. Pendidikan dalam masyarakat juga
penting, karena anak lebih banyak bergaul dengan masyarakat yang dapat
mempengaruhi sifat, watak dan perilakunya sehari-hari. Karena pentingnya
pengetahuan tentang Al Qur’an, maka penulis berusaha mengangkat masalah ini
menjadi obyek pembahasan penelitian dengan usaha penambahan pelajaran Al Qur’an
di sekolah.
Mengacu
pada pemikiran dan realita yang ada, peneliti tertarik untuk memberikan
tindakan yang membuat siswa dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Dorongan untuk membantu memecahkan masalah ini timbul karena melihat sendiri
keadaan siswa kelas VI SD Negeri 2
Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
Harapannya selesai penelitian ini siswa dapat membaca ayat Al Qur’an dengan
baik dan benar.
b.
Identifikasi Masalah
Dari
latar belakang masalah di atas permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan
sebagai berikut.
1. Masih
banyak siswa yang belum dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
2. Ketidakmampuan
membaca Al Qur’an dengan baik dan benar disebabkan karena kurang banyak
latihan.
3. Melalui
metode karimah dapat meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan
benar.
c.
Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan
berbagai permasalahan tersebut di atas, perlu adanya batasan masalah, agar penelitian dapat berlangsung dengan baik.
Batasan masalah dimaksud, sebagai berikut.
1. Untuk
meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar diperlukan
metode karimah.
2. Metode
pengajaran yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al
Qur’an dengan baik dan benar yaitu dengan metode karimah, drill, dan demonstrasi.
Bertolak dari batasan masalah di atas, pokok masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah menggunakan metode karimah
agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Quran dengan baik dan
benar?
2. Apakah
dengan menggunakan metode karimah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
membaca Al Qur’an dengan baik dan benar?”
d.
Tujuan Penelitian
Bertolak
dari rumusan masalah di atas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar
melalui penggunaan karimah. Selain itu, juga ditujukan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1. langkah-langkah menggunakan metode karimah agar dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Quran dengan baik dan benar;
2. peningkatan kemampuan siswa dalam membaca Al
Qur’an dengan baik dan benar setelah
digunakan metode karimah.
e.
Manfaat Penelitian
Secara
praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan proses belajar mengajarnya terutama dalam meningkatkan
kemampuan siswa membaca dan memahami Al Qur’an.
Di samping itu juga
bermanfaat bagi siswa itu sendiri sehingga dapat membaca Al Qur’an dengan baik
dan benar serta dapat meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT.
Selain itu hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi
sekolah yang mengalami permasalahan yang hampir sama dan sejenis, sebagai batu
pijakan dan perbandingan untuk perbaikan proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
f.
Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan
1. Kajian Teori Al Quran
a) Pengertian Al Qur’an
Dalam mengartikan kata Al Qur’an sedikitnya ada dua golongan yang berbeda pendapat, yaitu sebagai berikut.
1) Golongan pertama yang diwakili antara lain oleh Al Lihyani berpendapat bahwa Al Qur’an adalah bentuk masdar mahfudz mengikuti wazan Al Ghufran dan ia merupakan mustaq dari kata Qaraa yang mempunyai arti sama dengan tala. Al Qur’an bisa juga disebut Al Muq’ru yang merupakan sebutan bagi obyek dalam bentuk masdarnya.
2) Golongan kedua yang diwakili antara lain oleh Az Zujaj berpendapat bahwa Al Qur’an diidentikkan dengan wazan Fu’lan yang merupakan musytaq dari lafal Al Qar’u yang mempunyai arti al jam’u. Ibnu Atsir juga berpendapat bahwa disebut Al Qur’an karena di dalamnya memuat kumpulan kisah-kisah. Amar ma’ruf nahi munkar, perjanjian, ancaman, ayat-ayat dan surat-surat lafal Al Qur’an adalah bentuk masdar seperti kata Ghufran dan Khufran (Atsir, IV, tt : 30). Dari beberapa pendapat tersebut mereka sepakat bahwa Al Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, bagi yang membaca-nya merupakan ibadah dan mendapat pahala (Fahd Bin Abdurrahman Ar Rumi, terjemahan 1996:41).
b) Cara
Membaca Al Qur’an
Di
antara adab-adab membaca Al Qur’an, yang terpenting adalah sebagai berikut.
1) Disunatkan
membaca Al Qur’an sesudah berwudhu, dalam keadaan bersih, sebab yang dibaca
adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil Al Qur’an hendaknya dengant angan kanan;
sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan.
2) Disunatkah
membaca Al Qur’an di tempat yang bersih, seperti : di rumah, di surau, di
mushalla dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih. Tapi yang paling utama
ialah di masjid.
3) Disunatkan
membaca Al Qur’an menghadap ke qiblat, membacanya dengan khusyu’ dan tenang;
sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.
4) Ketika
membaca Al Qur’an, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya
sebelum membaca Al Qur’an mulut dan gigi dibersihkan lebih dahulu.
5) Sebelum
membaca Al Qur’an, disunatkan membaca ta’awwudz, yang berbunyi : a’udzubillahi
minasy syaithanirrajim. Sesudah itu barulah dibaca Bismillahirrahmanir
rahim. Maksudnya, diminta lebih dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh
dari pengaruh tipu-daya syaitan, sehingga hati dan fikiran tetap tenang di
waktu membaca Al Qur’an, terjauh dari gangguan-gangguan.
6) Disunatkan
membaca Al Qur’an dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan
tenang.
7) Bagi orang
yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Qur’an, disunatkan membacanya
dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan
maksudnya.
8) Dalam membaca
Al Qur’an itu, hendaklah benar-benar diresapkan arti dan maksudnya.
9) Disunatkan
membaca Al Qur’an dengan suara yang bagus lagi merdu, sebab suara yang bagus
dan merdu itu menambah keindahan uslubnya Al Qur’an.
10) Sedapat-dapatnya
membaca Al Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan
orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah
ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan
lain-lain yang semacam itu, ketika sedang membaca Al Qur’an. Sebab pekerjaan
yang seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti
tidak menghormati kesuciannya. (Depag RI, 1984:125-128).
c) Metode
Membaca Al Qur’an
Metode
yang digunakan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dicapai. Kemampuan untuk memilih dan menetapkan suatu metode harus
memiliki guru semenjak awal sehingga tidak salah dalam penggunaan metode
tersebut. Pilihan suatu metode sangat bergantung pada :
1. Tujuan
yang ingin dicapai pada proses belajar mengajar.
2. Siswa
yang belajar, mengenai kemampuan dan latar belakangnya.
3. Guru
yang mengajar, mengenai kemampuan dan latar belakangnya.
4. Keadaan
proses belajar mengajar.
5. Alat
dan sarana yang tersedia. (Depag RI, 1994:85).
Dalam
penggunaan metode mengajar baca tulis Al Qur’an Mahmud Yunus mengemukakan 4
(empat) metode,
yaitu sebagai berikut.
1. Metode
abjad yaitu mengajarkan huruf Al Qur’an dari nama-nama huruf, kata perkata
kemudian kalimat.
2. Metode
suara yaitu ada kesamaan dengan metode abjad tetapi huruf diajarkan menurut
bunyi.
3. Metode
kata-kata yaitu memperhatikan kata-kata yang dibacakan guru kemudian
menirukannya.
4. Metode
kalimat yaitu dimulai dari kalimat, kemudian kata kemudian huruf. (Mahmud
Yunus, 1981 : 6-20).
Sedangkan
As’ad Humam berpendapat bahwa (1994:30) “Dengan metode iqro’ metode ini
mengandung/mempunyai 10 (sepuluh) sifat,
yaitu : Bacaan langsung, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Privat/Klasikal,
Modul, Praktis, Asistensi, Sistematis, Variatif, Komunikatif, Fleksibel.”
d) Tingkat-tingkat Membaca Al
Qur’an
Adapun
tingkat kemahiran membaca Al Qur’an secara sederhana dibagi menjadi beberapa
tingkat, yaitu sebagai berikut.
1. Tingkat
dasar yaitu dapat membaca Al Qur’an secara sederhana (belum terikat oleh tajwid
dan lagu).
2. Tingkat
menengah yaitu dapat membaca Al Qur’an dengan mengikuti tanda baca dan cara
lain sesuai dengan tajwid.
3. Tingkat
maju yaitu dapat membaca Al Qur’an dengan bacaan dan lagu yang baik sesuai
dengan bentuk-bentuk lagu.
4. Tingkat
mahir yaitu dapat membaca Al Qur’an dalam berbagai cara (qiraat) (Depag RI,
1993:1).
e) Metode Karimah
Setelah
melalui riset dan uji coba yang cukup lama, metode karimah dirasakan lebih
Cepat, Mudah dan Menyenangkan bagi siswa. Ini pula yang menjadikan manajemen
metode karimah optimis untuk dapat mewujudkan
semua orang Islam mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil.
Dengan
teknik Scanning-Story-Saying yang
dipadukan dengan pendekatan Multiple
Intelligence serta Real Monitoring berbasis IT sebagai Kendali
Mutunya, metode karimah menjadikan belajar Al-Qur’an menjadi menyenangkan,
terukur dan terkendali.
1. MUDAH, Disusun
dengan pendekatan dan kaidah yang berbeda dengan metode baca al-Quran yang ada
pada umumnya, menjadikan metode Karimah menjadi metode yang paling mudah untuk
di pelajari.
2. MENYENANGKAN, Disusun
dengan konsep Revolusi Belajar, memenuhi konsep pembelajaran yang di sesuaikan
dengan psikologi pembelajaran menjadikan metode Karimah menjadi metode belajar
al-Quran yang paling menyenangkan.
3. CEPAT, Dibuat
sesuai dengan cara kerja otak, mengkombinasikan pendekatan keseimbangan otak
kiri dan otak kanan serta modalitas pembelajaran menjadikan metode Karimah
menjadi metode belajar al-Quran yang cepat.
4. BERGARANSI, Target
dari metode Karimah adalah setiap orang mampu membaca Al-Quran, karena ada komitmen
untuk menggaransi setiap siswa agar mampu membaca Al-Quran dengan jaminan
supervisi dan ugrading berkala.
2.
Hipotesis Tindakan
Bertolak dari pokok masalah, kajian teori, dan hasil penelitian yang
relevan seperti di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis tindakan yang
berbunyi sebagai berikut “Penggunaan metode karimah dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca Al Quran dengan baik dan benar”.
F.
Metodologi Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis pada tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 40 orang
siswa, yang
terdiri
atas 22 siswa putri dan 18 siswa putra. Aktor utamanya
adalah guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang bertugas mengajar di kelas
ini.
b. Teknik
Pengumpulan Data
Di dalam penelitian untuk mendapatkan data dalam yang relevan dengan masalah diupayakan melalui beberapa teknik, yakni
dokumentasi, angket, interviu, tes, dan observasi.
Penggunaan
teknik-teknik tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Teknik Dokumentasi
Dokumentasi
dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 1993:89). Di dalam melaksanakan teknik ini, peneliti menyelidiki
terutama berupa arsip-arsip,
termasuk juga buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Adapun
yang penulis maksud dalam dokumen ini adalah daftar siswa.
2.
Teknik
Angket
Di
dalam penelitian ini dipakai angket angket
sebagai teknik utama dalam pengumpulan
data, di mana
data tersebut adalah mengenai usaha guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an melalui penggunaan metode karimah.
3.
Teknik Interviu
Dari
interviu ini penulis dapat
mengetahui lebih jelas tentang bagaimana usaha peningkatan kemampuan membaca Al
Qur’an melalui penggunaan metode
karimah.
4.
Teknik Observasi
Dengan
teknik ini penulis dapat mengetahui
secara jelas dari subjek
penelitian, maka secara langsung peneliti dapat mengamati hal yang ada
hubungannya dengan masalah yang penulis jadikan alat bantu utama dalam
kebenaran data. Adapun
jenis observasi yang penulis pergunakan adalah “teknik observasi sistematik, karena dalam hal ini teknik tersebut digunakan sebagai
teknik bantu, yang sekaligus akan
memberikan kemungkinan dalam mencari data, sampai sejauh mana tentang usaha
peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an melalui penggunaan metode karimah.
5.
Teknik Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan dan atau bentuk tagihan kepada peserta
didik yang ditujukan untuk mengukur kemampuan dalam menguasai suatu materi ajar
yang telah dipelajari. Tes dimaksud dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
membaca Al Quran dengan baik dan benar.
c.
Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data-data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis diskriptif prosentase. Adapun rumus yang digunakan untuk itu, sebagai berikut.
Prosentasi =
x
100%
Keterangan
:
f
= Fekuensi/alternatif
jawaban.
N
= Jumlah populasi.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan cara menggunakan analisis deskriptif
prosentase,
yaitu dengan membandingkan siklus sebelumnya dengan siklus berikutnya dari
siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus IV tindakan 3. Hasil analisis tersebut
digunakan untuk mengambil kesimpulan ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa
dalam membaca Al Qur’an melalui pengunaan
metode karimah.
d.
Prosedur Penelitian
Setting yang dipakai dalam penelitian dengan model proses, dalam satu model
ditetapkan dengan tiga proses penelitian atau siklus, yang masing-masing siklus
terdiri dari tiga tindakan. Tindakan pertama adalah penanaman pengetahuan
mempelajari Al Qur’an melalui koinsep, prinsip, teknik iqro’ dan sebagainya.
Tindakan ketiga adalah memberi motivasi dan tugas membaca dan menulis Al
Qur’an. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu : melaksanakan
tindakan, memantau proses belajar mengajar, mengevaluasi hasil pemantauan, dan
mengadakan refleksi, meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan. Semua ini
terus dilakukan berdaur ulang. Sebelum melangkah ke siklus selanjutnya perlu
memperhatikan dan mengacu pada keberhasilan siklus sebelumnya dan berikutnya.
Setiap tindakan dalam suatu siklus, dapat meningkatkan kemampuan membaca Al
Qur’an dan penambahan frekuensi dibandingkan dengan siklus sebelumnya.
G.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
Rancangan
penelitian ini menggunakan model proses. Proses penelitian putaran I atau
siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 26 Juli 2010,
siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 9 Agustus 2010,
siklus III dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 23 Agustus 2010
dan siklus IV dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 6 September 2010.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan deskripsi
dari keseluruhan proses penelitian tindakan kelas yang telah berlangsung.
1.
Siklus I
Tindakan I. Guru
menanamkan pentingnya dapat membaca Al Qur’an akan mendapat pahala dari Allah
SWT dan dapat masuk surga. Pada
tindakan ini guru menuliskan QS. Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11 di papan tulis,
kemudian membacakannya serta murid mendengarkan dengan seksama.
Tindakan II. Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakannya
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menirukan ucapan guru tentang
bacaan QS Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11 secara bersama-sama dan satu
persatu.
Tindakan III.
Memotivasi siswa baik secara verbal maupun nonverbal (senyuman, anggukan dan
kata bagus atau benar).
2.
Siklus II
Tindakan I :
Menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an dan menerang-kan arti serta maksud
bacaan QS. At Tiin ayat 1 s.d. 8 dan menugaskan siswa untuk mempelajari dan
mempersiapkan materi untuk pertemuan berikutnya.
Tindakan II.
Merencanakan pembelajaran dan melaksanakan dengan metode karimah,
drill dan demonstrasi serta memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca QS. At
Tiin ayat 1 s.d. 8 satu persatu.
Tindakan III. Memberi
motivasi dengan memberi nilai kepada siswa yang telah selesai membaca QS. At
Tiin ayat 1 s.d. 8
3.
Siklus III
Tindakan I.
Mengingatkan pentingnya membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, menugaskan kepada
siswa untuk membaca dan mengartikan QS.Ash-Shof ayat 1 s.d. 10 serta
menerangkan bacaan yang mengandung tajwid.
Tindakan II.
Merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca QS. Ash-Shof ayat 1 s.d. 10
dengan mengoptimalkan penggunaan metode karimah, drill dan
demonstrasi. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan bacaan Al
Qur’an serta belajar kreatif (satuan pelajaran kreatif, terlampir).
Tindakan III.
Pemberian motivasi dengan memberi pujian dan nilai kepada siswa yang telah
selesai membaca dan mengetahui artinya.
4.
Siklus IV
Tindakan I.
Mengingatkan pentingnya membaca Al Qur’an dan meminta kepada siswa untuk
membaca materi pelajaran yang telah diberikan satu persatu.
Tindakan II. Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih membaca ayat Al Qur’an dan
merancang serta melaksanakan pembelajaran dengan sistem CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif), kemudian memberi nilai dan pujian kepada siswa yang telah selesai
membaca Al Qur’an.
Tindakan III.
Memberikan motivasi berupa pujian dan rangsangan agar siswa senang membaca Al
Qur’an, sehingga dapat dilaksanakan setiap saat dan setiap ada kesempatan,
sehingga membaca Al Qur’an merupakan bagian dari kebutuhan hidupnya.
b.
Pembahasan
Setelah melaksanaakan
dan menyelesaikan tindakan pada setiap siklus, tim peneliti melakukan diskusi
dan mengadakan refleksi. Peneliti dapat memberikan laporan hasil pantauannya
sehingga dapat direfleksi pembelajaran yang telah dilakukannya. Dari hasil
pantauan tersebut dapat dilihat frekuensi siswa dalam membaca ayat Al Qur’an
yang kemudian dapat dilakukan proses analisis data.
Tabel 2. Frekuensi Membaca Ayat Al
Qur’an Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis
Siklus
|
Tindakan
|
Membaca
|
||
Tidak dapat
|
Dapat
|
Dapat/faham
|
||
I
|
1
2
3
|
36
30
28
|
4
10
12
|
3
6
9
|
Rata-rata
|
-
|
31
|
8
|
6
|
II
|
1
2
3
|
26
22
19
|
14
18
21
|
12
16
18
|
Rata-rata
|
-
|
22
|
17
|
15
|
III
|
1
2
3
|
15
12
8
|
25
28
32
|
22
25
28
|
Rata-rata
|
-
|
11
|
21
|
25
|
IV
|
1
2
3
|
5
3
1
|
35
37
39
|
33
36
38
|
Rata-rata
|
-
|
3
|
37
|
39
|
Dari tabel 2 dapat dilihat hasil tindakan pada setiap siklus. Pada siklus I
dari 40 siswa ada 36 siswa yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an, berarti ada
90%. Yang dapat membaca ayat Al Qur’an ada 4 siswa berarti ada 10% dan yang
sudah dapat membaca dan faham ayat Al Qur’an ada 3 siswa berarti ada 7,5%.
Setelah diadakan diskusi dan guru mengadakan refleksi terhadap tindakannya
ditemukan bahwa siswa kurang latihan membaca Al Qur’an di rumah. Materi membaca
Al Qur’an yang diberikan di sekolah sangat kurang, sehingga materi yang
diterima siswa juga kurang sekali disamping minat baca Al Qur’an siswa yang
rendah. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut disusun rencana
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan memahami
ayat Al Qur’an.
Pada siklus I tindakan ke 2, dari 40 siswa yang tidak dapat membaca ayat Al
Qur’an menurun menjadi 30 siswa berarti 75 % atau turun 15%. Yang dapat dan
faham membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa berarti 15 % atau naik7,5 %.
Penguasaan membaca siswa nampak ada kelebihan, karena guru telah membacakan
terlebih dahulu dan siswa menirukannya, kemudian guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk membaca bersama dan sendiri-sendiri.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut, dirancang untuk tindakan
berikutnya, tetap pada rancangan tindakan 1 dan 2 ditambah dengan pemberian
motivasi (senyum, anggukan, dan kata bagus/benar) pada setiap siswa yang telah
selesai membaca ayat Al Qur’an. Untuk tindakan ke 3 dari siklus I yang tidak
dapat membaca ayat Al Qur’an menurun lagi menjadi 28 siswa 70 % atau turun 5 %.
Yang dapat membaca Al Qur’an ada 12 siswa (30 %) atau naik 5,93%, yang dapat
dan faham membaca ayat Al Qur’an ada 9 siswa (22,5 %) berarti naik 5,19%.
Rata-rata siswa dalam membaca Al Qur’an pada siklus I, yang tidak dapat membaca
Al Qur’an adalah 31 siswa (77,5 %), yang dapat membaca ayat Al Qur’an ada 8
siswa (20 %) dan yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa (15 %).
Meski demikian, pada siklus I ini sudah mulai nampak adanya
kemajuan/peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an.
Setelah siklus I berakhir, dilaksanakan diskusi dan refleksi untuk menyusun
tindakan pada siklus II. Dalam refleksi tersebut dapat diungkapkan bahwa guru
mersa masih belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca ayat Al
Qur’an yang lebih banyak lagi. Oleh karena itu pada siklus I, dengan lebih
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar membaca dan memahami Al Qur’an
dengan pengoptimalan metede iqro’.
Dari tabel 2 dapat dilihat untuk siklus II tindakan I, bahwa yang tidak dapat
membaca ayat Al Qur’an 26 siswa (65%), yang dapat membaca 14 siswa (35 %) dan
yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an 12 siswa (30 %). Untuk tindakan 2,
yang tidak dapat membaca 22 siswa (55 %), yang dapat membaca 18 siswa (45 %),
yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an ada 16 siswa (40 %). Tindakan 3, yang
tidak dapat membaca 19 siswa (47,5 %), yang dapat membaca 21 siswa (52,5 %),
yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an 18 siswa (45 %).
Jadi pada siklus II ini yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an turun 17,5
% dan yang dapat membaca naik 17,5 %, serta yang dapat/faham naik
15 %. Pencapaian hasil penumbuhan ini berdasarkan refleksi guru selaku aktor
utama dalam penelitian ini masih merasa belum menyiapkan permasalahan yang
dihadapi siswa terutama dalam menyiapkan permasalahan yang dihadapi siswa
terutama dalam melaksanakan tindakan penerapan metode membaca Al Qur’an.
Sehingga masih terdapat siswa yang belum dapat membaca ayat Al Qur’an dengan
baik dan benar. Oleh karena itu setelah diadakan diskusi dan refleksi,
direncanakan dilaksanakan siklus III.
Hasil dan analisis siklus III yaitu pada tindakan I, siswa yang tidak dapat
membaca ayat Al Qur’an ada 15 siswa (37,5 %), yang dapat membaca 25 siswa (62,5
%), dan yang dapat/faham membaca ada 22 siswa ( 55 %). Pada tindakan 2, yang
tidak dapat membaca ada 12 siswa (30 %), yang dapat membaca 28 siswa (70 %),
yang dapat/faham dalam membaca ada 25 siswa (62,5 %). Pada tindakan 3, yang
tidak dapat membaca ada 5 siswa (12,5 %), yang dapat membaca 35 siswa (87,5%),
dan yang dapat/faham ada 33 siswa (82,5 %).
Jadi pada siklus III ini yang tidak dapat membaca Al Qur’an turun 25 % dan yang
dapat membaca Al Qur’an naik 25 %, serta yang dapat/faham dalam membaca Al
Qur’an naik 27,5 %, yang disebabkan karena guru mengoptimal-kan metode dan
pembimbingannya.
Pada siklus IV diperoleh hasil yaitu tindakan I, jumlah siswa yang tidak dapat
membaca Al Qur’an sebanyak 5 siswa (12,5 %), yang dapat membaca 35 siswa (87,5
%), dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 33 siswa (82,5%). Pada tindakan 2,
siswa yang tidak dapat membaca Al Qur’an 3 siswa (7,5%), yang dapat membaca 37
siswa (92,5%), dan yang sudah dapat/ faham ada 36 siswa (90 %). Sedangkan pada
tindakan 3, yang tidak dapat membaca Al Qur’an ada 1 siswa (2,5 %), yang dapat
membaca 39 siswa (97,5 %), dan yang dapat/faham ada 39 siswa (97,5 %).
Dengan demikian mulai dari siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus IV tindakan
3 siswa yang tidak dapat membaca Al Qur’an 36 siswa menjadi 1 siswa, berarti
mengalami penurunan 87,5 %, sedangkan siswa yang dapat membaca Al Qur’an dari 4
siswa menjadi 39 siswa, berarti mengalami peningkatan 87,5 %, sedangkan siswa
yang dapat/faham membaca Al Qur’an dari 3 siswa menjadi 38 siswa, berarti juga
mengalami peningkatan 87,5 %.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Prosentase Membaca Al Qur’an Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis
Siklus
|
Membaca
|
||
Tidak dapat
|
Dapat
|
Dapat/faham
|
|
I
II
III
IV
|
77,5
55
27,5
7,5
|
20
42,5
70
92,5
|
15
37,5
62,5
97,5
|
Dari hasil pengumpulan data yang kemudian dianalisis dengan diskripsi
prosentase dan dirangkum dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa persentase
siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan pada setiap siklus.
Pada siklus I yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al
Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham
membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang
dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an
92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan
siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
Dari keseluruhan siklus yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru telah
mampu mengupayakan siswa kelas VI SD Negeri 2 Legokjawa,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis dalam membaca Al Qur’an melalui penggunaan metode karimah. Hal ini nampak jelas dalam tabel 3.
Setiap siklus membawa dampak positif ke arah pertumbuhan/peningkatan.
H.
Simpulan dan Saran
a.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian ini dapatlah
diambil suatu simpulan bahwa
persentase siswa kelas VI SD Negeri 2
Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis yang
dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I
yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %.
Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham membaca Al
Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang
dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an
92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan
siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
Dengan
demikian jika guru melakukan upaya-upaya (menanamkan pentingnya membaca Al
Qur’an, pengembangan belajar kreatif dengan pengoptimalan metode karimah, drill, dan demonstrasi serta
pemberian motivasi) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca membaca Al
Qur’an, maka siswa akan dapat
membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Metode peningkatan kemampuan siswa
dalam membaca Al Qur’an telah terbukti dapat meningkatkan persentase dan
kualitas membaca Al Qur’an. Dengan demikian metode ini dapat digunakan dan dikembangkan untuk
membantu guru dalam memecahkan persoalan yang sejenis untuk kelas yang berbeda
dengan latar belakang yang hampir sama. Perlu diadakan penelitian lanjutan
tentang usaha guru dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
Al Qur’an.
b. Saran
Berdasarkan
simpulan hasil penelitian ini dapat diajukan saran-saran
yang mungkin dapat bermanfaat bagi para pelaksana pendidikan khususnya guru
Pendidikan Agama Islam. Adapun saran-saran
dimaksud, sebagai berikut.
1. Guru-guru
dalam menyampaikan materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya
mempersiapkan materi yang akan disajikan secara matang serta dapat memanfaatkan
metode pengajaran yang tepat.
2. Kepada Guru Pendidikan Agama
Islam di SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis diharapkan mampu menerapkan
metode karimah, drill dan
demonstrasi dalam proses pembelajaran membaca Al Qur’an, mengingat bahwa dengan
menggunakan metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an
dengan baik dan benar.
3. Kepada
peneliti lain diharapkan dapat mengkaji secara lebih dalam dan luas melalui
kegiatan penelitian yang terkait dengan masalah tersebut, sehingga hasilnya
dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
I. Daftar Rujukan
Abu
Ahmadi, 1976. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang: Toha Putra.
As’ad
Humam, 1994. Buku Iqro’ Cara Cepat Membaca Al Qur’an, edisi revisi,
Yogyakarta: AMM (Angkatan Muda Masjid-Mushola).
Bimo
Walgito, 1985. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Yasbit. Fak.
Psikologi UGM.
Budiyono,
1995. Beban Tugas Guru dan Kualitas Proses Belajar Mengajar, Laporan
Penelitian.
Departemen
Agama RI. 1989. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan
Penyelenggaraan Penterjemahan Al Qur’an.
Depdikbud
RI, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 2, Jakarta: Balai
Pustaka.
Depag
RI. 1993. Bimbingan Membaca Al Qur’an. Jakarta: Dirjend. Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Depag
RI. 1993/1994. Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam
Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Tahun 1994. Jakarta: Dirjend
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Fahd
Bin Abdurrahman Ar Rumi, Terjemahan Amirul Hasan dan Muhammad Halagi, 1996. Ulumul
Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi.
Hadari
Nawawi, 1987. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
Mahmud
Yunus, 1981. Metodik Khusus Bahasa Arab. Jakarta: PT. Hilda Karya.
Piet
A. Sehertian, 1994. Profil Pendidikan Profesional, Yogyakarta: Andi
Ofset.
Raka
Joni T. 1980, Pengembangan Kurikulum IKIP/FIP/FKG Suatu Kasus Pen-didikan
Berdasar Kompetensi. Jakarta, Depdikbud, P3G.
Salim
Bahreusyi. 1986. Terjemahan Riadus Sholihin II. Bandung: Al Ma’arif.
Soedijarto,
1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Gramedia,
Widiasarana Indonesia.
Suharsimi
Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
Sutrisno
Hadi, 1983. Metodologi Research II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fak.
Psikologi UGM.
Syekh
Ahmad Al Basyuni, 1994. Syarah Hadits. Bandung: Trigenda Karya.
Winarno
Surahmad, 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik. Bandung:
Tarsito.
trima kasiih bapak .
BalasHapus