Kamis, 17 Oktober 2013

Penggunaan Metode PQ4R Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Al-Qur’an (PTK pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010)


A.   Judul
Penggunaan Metode PQ4R Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Al-Qur’an (PTK pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010)
B.   Penulis
Nama                   : Eman Sudirman, S.Pd.I
Tempat Tugas    : SD Negeri 2 Legokjawa, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
No. Hp                  : 085321830808

C.   Abstrak
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bermula dari kesenjangan, di mana sebagian besar siswa kelas III SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, kurang mampu membaca Al-Qur’an. Hal ini disebabkan dalam pengelolaan KBM tidak menggunakan metode yang tepat. Untuk mengatasinya digunakan metode PQ4R. Fokus penelitian ini ditujukan untuk memecahkan dua pokok masalah yang telah dirumuskan pada rumusan masalah. Guna mencari jawaban atas pokok masalah yang dirumuskan, maka dilakukan penelitian tindakan kelas. Sumber data penelitian ini adalah aktivitas guru dan siswa yang menjadi subjek penelitian dalam pembelajaran membaca Al-Qur;an yang disajikan dengan menggunakan metode PQ4R, yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik, seperti observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh melalui berbagai teknik tersebut, dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang diajukan, yakni sebagai berikut.
1.      Langkah-langkah penggunaan metode PQ4R untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an, meliputi:
1)      Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan melengkapi perangkat yang diperlukan guna menunjang pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan. Setiap komponen perencanaan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, agar memberi pedoman kepada guru ketika mengelola KBM di kelas.
2)      Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana. Artinya, guru dan siswa berusaha berperilaku seperti yang telah ditentukan. Satu sama lain saling berusaha secara maksimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3)      Guru dan siswa melakukan evaluasi sesuai dengan rencana dan menindaklanjuti hasilnya dengan cara-cara yang efektif.
2.     
1
 
Penggunaan metode PQ4R terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD Negeri 2 Legokjawa dalam membaca Al-Quran. Dampak dari penggunaan metode PQ4R ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
D.   Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan Siswa, Membaca Al-Qur’an, Metode PQ4R
E.   Pendahuluan
a.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses di dalam menemukan transformasi baik dalam diri, maupun komunitas. Oleh sebab itu, proses pendidikan yang benar adalah membebaskan seseorang dari berbagai kungkungan, intimidasi, dan ekploitasi. Disinilah letak afinitas dari padagogik, yaitu membebaskan manusia secara komprehensif dari ikatan-ikatan yang terdapat diluar dirinya atau dikatakan sebagai sesuatu yang mengikat kebebasan seseorang. Hal ini terjadi jika pendidikan dijadikan instrumen oleh sistem penguasa yang ada hanya untuk mengungkung kebebasan individu. Secara memis pendidikan yang ada di Indonesia adalah sebagian kecil yang terdesain dan terorganisir oleh bingkai sistem. Gambaran sistem semacam itu merupakan bentuk pemaksaan kehendak dan merampas kebebasan individu, kesadaran potensi, beserta kreativitas bifurkasi. Maka pendidikan telah berubah menjadi instrumen oppressive bagi perkembangan individu atau komunitas masyarakat (Tilaar, 2004: 58).
Menurut teori psikologi, anak yang rasional selalu bertindak sesuai tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan reaksi-reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktivitas. Dalam pendidikan kuno aktivitas anak tidak pernah diperhatikan karena menurut pandangan mereka anak dilahirkan tidak lain sebagai “orang dewasa dalam bentuk kecil”. Ia harus diajarkan menurut kehendak orang dewasa. Karena itu ia harus menerima dan mendengar apa-apa yang diberikan dan disampaikan orang dewasa/guru tanpa dikritik. Anak tak obahnya seperti gelas kosong yang pasif menerima apa saja yang dituangkan ke dalamnya.
Pandangan yang lebih maju (modern) menganggap hal tersebut di atas sesuatu yang keterlaluan, menyiksa serta mengingkari harkat kemanusiaan anak. Aliran modern ini merombak dan mengubah pandangan itu dan mengantikannya dengan penekanan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Anak aktif mencari sendiri dan bekerja sendiri. dengan demikian anak akan lebih bertanggung jawab dan beani mengambil keputusan sehingga pengertain mengenai suatu persoalan benar-benar mereka pahami dengan baik. Walaupun mereka mengambil keputusan sendiri berdasarkan pertingan kata hatinya, namun putusan mereka tersebut berhubungan juga dengan masyarakat, sebab individu itu baru berarti kalau ia telah berada dalam masyarakat.
Ruang lingkup PAI tentunya mencakup aspek keagamaan secara menyeluruh (kaffah) baik orientasi tauhid maupun akhlak. Tauhid merupakan pendalaman diri mengenal Allah dan akhlak merupakan implementasi periaku dan sifat naluriah manusia di dalam kehidupan yangdidasarkan pada Al-quran.
Al-quran sebagai pedoman kehidupan umat manusia yang di dalamnya menjangkau setiap aspek kehidupan. Tentunya sebagai muslim sejati merupakan sebuah kewajban untuk mendalaminya, supaya manusia bisa menemukan intisari kehidupan ini yang sebenarnya bahwa hidup adalah menuju ridha sang khalik. Pendalaman ini tentunya berawal dari membaca apa yang ada di dalam Al-quran. Dalam hal ini, memupuk pemahaman sejak kecil akan memupuk moral yang leih baik untuk masa depan anak.
Kemampuan membaca Al-quran bagi siswa, sangatlah penting. Dengan membaca, siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Siswa yang berkemampuan membaca, akan mampu menjawab setiap persoalan terkait dengan berbagai mata pelajaran pokok di sekolah. Bahkan, dengan berbekal kemampuan ini, siswa pun akan mampu hidup bersosial dengan baik di masyarakat. Berbeda dengan siswa yang kurang memiliki kemampuan ini, setiap menghadapi persoalan biasanya menghindar dan bahkan ada kecenderungan sering menutup diri, baik dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Dengan mengetahui situasi di atas, setiap pendidik di sekolah berkewajiban untuk selalu mengingatkan para siswanya agar memiliki kebiasaan membaca yang baik. Selain itu, guru pun harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca mereka melalui berbagai upaya strategis, termasuk di dalamnya memberi contoh cara membaca yang efektif, selalu mengelola pembelajaran yang di dalamnya terdapat pembagian waktu untuk membaca bagi siswa, dan upaya lainnya, seperti memanfaatkan perpustakaan sekolah dan memberi tugas untuk membaca di rumah. Melalui upaya tersebut, cepat atau lambat akan membentuk kebiasaan siswa untuk selalu membaca dengan baik.
Selain itu, siswa pun harus sadar terhadap tuntutan ini. Tanpa adanya kesadaran dari siswa untuk membaca, kiranya upaya guru akan sia-sia. Sadar akan hal itu sangat penting, luangkanlah waktu untuk membaca. Bacalah sesuatu yang baik dan menguntungkan, seperti membaca berbagai buku di perpustakaan, membaca majalah pendidikan, membaca surat kabar dan yang sejenisnya. Jika hal ini dapat dilakukan siswa dengan sebaik-baiknya, niscaya akan diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan tujuan membacanya.
Melihat fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini banyak kalangan yang mulai melihat sistem pendidikan sekolah sebagai salah satu solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik, pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah. Hal tersebut dapat dimengerti karena sekolah memiliki karakteristik yang memungkinkan tercapainya tujuan yang dimaksud. Karena itu, sejak lima dasawarsa terakhir diskursus diseputar sekolah menunjukkan perkembangkan yang cukup pesat. Hal ini tercermin dari berbagai focus wacana, kajian dan penelitian para ahli, terutama setelah kian diakuinya kontribusi dan peran sekolah yang bukan saja sebagai “sub kultur” (untuk menunjuk kepada lembaga yang bertipologi unik dan menyimpang dari dari pola kehidupan umum di negeri ini) sebagaimana disinyalir Abdurrahman Wahid (1984:32) Tetapi juga sebagai “institusi kultural” (untuk menggambarkan sebuah pendidikan yang punya karakter tersendiri sekaligus membuka diri terhadap hegemoni eksternal). sebagaimana ditegaskan oleh Hadi Mulyo (1985 : 71).
Tuntutan melakukan perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Membaca Al-Quran dengan Menggunakan Strategi Elaborasi Model PQ4R (PTK pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2009/2010)”.
b.    Rumusan Masalah
 Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah menggunakan strategi elaborasi model PQ4R agar dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas III SD Negeri 2 Legokjawa  dalam membaca Al-Qur’an?
2.      Apakah penggunaan strategi elaborasi model PQ4R dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas III SD Negeri 2 Legokjawa  dalam membaca Al-Qur’an? 
c.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan agar:
1.      Guru mata pelajaran PAI Kelas III SD Negeri 2 Legokjawa  dapat memperbaiki kinerjanya dalam mengelola proses pembelajaran membaca Al-Qur’an berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
2.    Siswa dapat memperbaiki proses belajarnya menjadi lebih aktif dan hasil belajarnya mencapai target yang diharapkan.
d.    Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dihikmahnya, baik oleh yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian tindakan kelas ini. Adapun manfaat dimaksud, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Manfaat secara teoretis bagi semua pihak, antara lain:
1)    bagi guru kelas III yang mengampu mata pelajaran PAI dan siswa yang terlibat secara langsung dalam penelitian ini akan memperoleh pengetahuan tambahan tentang cara mengelola proses pembelajaran membaca Al-Qur’an berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R;
2)    bagi guru kelas lebih tinggi yang mengampu mata pelajaran PAI, baik yang bertugas di sekolah tersebut maupun di tempat lain akan memperoleh pengetahuan tambahan, dalam mengelola proses proses pembelajaran membaca Al-Qur’an berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R;
3)    bagi sekolah tempat berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini akan memperoleh informasi mengenai kualitas pengelolaan pembelajaran mata pelajaran PAI.
2.    Manfaat secara praktis bagi semua pihak, antara lain:
1)    guru mata pelajaran PAI dan siswa yang terlibat secara langsung dalam proses penelitian tindakan kelas ini selain mendapat pengalaman sebagai pelaku juga masing-masing akan mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kinerja di masa lalu;
2)  bagi guru mata pelajaran PAI yang lainnya, baik yang bertugas di sekolah tersebut maupun di tempat lain akan memperoleh tolok ukur dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas dan mengelola proses pembelajaran membaca Al-Qur’an berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R;
3)  bagi sekolah tempat berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini akan memperoleh bahan refleksi penting untuk meningkatkan kualitas pengelolaan proses pembelajaran mata pelajaran PAI.
e.    Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan
1.    Membaca Al Qur’an
1)    Arti Membaca
Menurut Amin (1996: 26) “Membaca merupakan salah satu kunci utama untuk memasuki istana ilmu, berperan sebagai landasan yang mantap serta kegiatan yang menyajikan sumber-sumber bahan yang tak pernah kering bagi berbagai aktivitas ekpresif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari”.
Pembelajaran membaca memang mempunyai peranan penting sebab melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kualitas anak didik. (Akhadiah, 1992:29).
2)    Arti Al-Qur’an
Al Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada nabi Muhamad saw, penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Jibril, dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disempaikan kepada kita secara mutawatir, serta membca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.”
Pendapat Ulama tentang asal kata Al Qur’an, Asy-syafi’i, miisalnya, menengarai kata Al-Quran ditulis dan dibaca tanpa menggunakan hamzah (Al-Quran bukan Al Qur’an) nama ini disematkan pada kitab suci yang diwahyukan kepada nabi Muhamad, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil yang masing-masing secara berurutan diberikan kepada nabi isa dan nabi musa (Zuhdi, 1997)
2.    Tuntutan dalam Pembelajaran Al-quran
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas III SD untuk Mata pelajaran PAI pada semester I terdapat suatu tuntutan yang harus dipenuhi siswa, yaitu mampu membaca Al-Qur’an.
Untuk mampu memenuhi tuntutan di atas, setiap siswa harus membaca kritis, agar dapat menemukan setiap tuntutan tersebut dengan benar. Hal ini sangat mungkin dapat dipenuhi oleh setiap siswa, tentunya dengan catatan penuh keseriusan pada saat membacanya. Selain itu, persiapkan catatan kecil untuk merekomendasikan fakta yang mendukung, agar setiap indikator yang dipenuhi dapat disertai bukti yang benar.
3.    Strategi Elaborasi Model PQ4R
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna”. Lebih lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) mengemukakan bahwa,
Dengan strategi elaborasi pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.
      Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. PQ4R adalah singkatan dari Preview (membacaselintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R singkatan dari Read, Reflect, Recite, dan Review (membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh).  Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu peserta didik menghafal informasi bacaan”. 
      Agar diperoleh suatu skenario yang jelas mengenai langkah-langkah pembelajaran membaca yang disajikan dengan menggunakan strategi elaborasi model PQ4R, berikut ini akan disertakan ilustrasi yang diberikan Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 15), seperti diuraikan dalam tiga tahapan di bawah ini.
1)    Tahap prabaca, diisi oleh kegiatan:
(1)  guru menyeleksi dan menetapkan bahan bacaan yang relevan dengan tujuan;
(2)  guru berusaha memahamkan siswa terhadap langkah-langkah belajar membaca berdasarkan strategi elaborasi model PQ4R;
(3)  guru memotivasi siswa dengan manfaat yang akan diperoleh setelah mengikuti pembelajaran membaca berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R;   
(4)  guru mengevaluasi kemampuan awal siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran membaca melalui tes tulis yang sudah direncanakan.
2)    Tahap saat baca, diisi oleh kegiatan:
(1)  siswa membaca selintas dengan cepat (preview) mengenai teks bacaan;
(2)  siswa mengajukan pertanyaan (question) terkait dengan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil membaca selintas;
(3)  siswa membaca dengan teliti (read) bacaan yang sudah dibacanya secara selintas;
(4)  siswa merefleksi (reflect) hasil membacanya dengan mengacu pada pencapaian tujuan;
(5)  siswa menanyakan pada diri sendiri (recite) terkait dengan tuntutan yang harus dipenuhinya setelah pembelajaran;
(6)  siswa mengulangi membaca secara menyeluruh (review) teks bacaan yang sudah lebih dulu dibacanya untuk mendapatkan sesuatu terkait dengan tujuan pembelajaran.
3)    Tahap pasca baca, diisi oleh kegiatan:
(1)  guru memberi tindak lanjut untuk lebih memahamkan siswa sehubungan dengan tuntutan pembelajaran;
(2)  guru mengevaluasi kemampuan membaca siswa, sesuai dengan teknik yang telah ditentukan;
(3)  guru dan siswa menutup kegiatan dengan mengambil simpulan untuk dijadikan bahan catatan ke depan saat memenuhi tuntutan yang sama.
Setiap strategi dapat dipastikan memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, seperti halnya strategi elaborasi model PQ4R. Keunggulan yang dimiliki strategi ini, antara lain:
1)  lebih memusatkan perhatian pada proses dan produk hasil baca siswa;
2)  siswa mengalami sendiri proses uji baca untuk menghasilkan suatu pemahaman guna menjawab pertanyaan terkait dengan isi bacaan;
3)    membantu tumbuh kembangnya kemampuan membaca siswa;
4)    hasil uji baca siswa akan sinkron dengan tujuan pembelajaran.
        Sedangkan kelemahan dari strategi ini, antara lain:
1)  tidak setiap siswa mendapat kesempatan yang baik untuk membaca karena terbatas waktu;
2)  antarsiswa tidak terjadi saling belajar karena masing-masing dihadapkan dengan yang sama;
3)  membutuhkan bahan yang tidak sedikit tetapi harus seragam yang belum tentu tersedia.
Upaya untuk mengatasi kelemahan strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 17), yakni “Perpanjang waktu pembelajaran, agar setiap siswa dapat menempuh proses yang telah ditentukan. Bentuk kelompok belajar yang beranggotakan 2 sampai 3 orang, agar antarsiswa dapat saling belajar. Selain itu, upaya ini pun ditujukan untuk mengefektifkan bahan bacaan yang tersedia”.
b.    Hipotesis Tindakan
Bertolak dari pokok masalah penelitian dan uraian teori di atas, dapat dirumuskan sebuah hipotesis tindakan yang berbunyi sebagai berikut “Penggunaan strategi elaborasi model PQ4R dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas III SD Negeri 2 Legokjawa  dalam membaca Al-Qur’an”.
F.  Metodologi Penelitian
a.    Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapa pun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.
b.    Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak , Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010.
2.    Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada Minggu I bulan Agustus semester gasal 2009/2010.
3.    Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas III SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010.
c.    Desain Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, maka dipilih pula desain penelitiannya, yaitu menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart  (dalam Sugiarti, 1997: 6), yang berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
d.    Teknik dan Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, seperti observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi.
e.    Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
f.     Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan         :      = Nilai rata-rata
                                       Σ X   = Jumlah semua nilai siswa
                                                   Σ N   = Jumlah siswa
g.     Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

G.           Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.    Hasil Penelitian
         Siklus I
1.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
2.    Tahap Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada Awal bulan Agustus (Minggu Pertama) di SD Negeri 2 Legokjawa Kelas III dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No. Urut
Nilai
Keterangan
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
T
TT
1
60
36
 
12
60

2
70

13
80

3
70

14
70

4
60

15
80

5
80

16
70

6
80

17
90

7
70

18
60

8
70

19
60

9
60

20
70

10
80

21
70

11
50

22
60

Jumlah
750
7
4
Jumlah
770
8
3
Jumlah Skor 1520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 69,09
                            
Keterangan: T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                         : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas            : 7
Klasikal                                              : Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
69,09
15
68,18

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode metode PQ4R diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa  dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode metode PQ4R.
Siklus II
1.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
2.    Tahap Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada Minggu ke II Bulan Agustus  di SD Negeri 2 Legokjawa dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
                           Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Urut
Nilai
Keterangan
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
T
TT
1
60

12
90

2
80

13
80

3
80

14
80

4
90

15
80

5
90

16
80

6
60

17
60

7
80

18
80

8
70

19
70

9
60

20
60

10
80

21
80

11
90

22
80

Jumlah
840
8
3
Jumlah
840
9
2
Jumlah Skor 1680
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 76,36
Keterangan: T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                         : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas            : 5
Klasikal                                              : Belum tuntas 

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
76,36
17
77,27

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode metode PQ4R.
Siklus III
1.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.


2.    Tahap Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada Minggu II Bulan September 2009 di SD Negeri 2 Legokjawa dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut.
          Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No. Urut
Nilai
Keterangan
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
T
TT
1
90

12
90

2
90

13
90

3
90

14
90

4
80

15
60

5
90

16
90

6
80

17
80

7
90

18
70

8
60

19
70

9
90

20
80

10
90

21
90

11
60

22
80

Jumlah
910
9
2
Jumlah
890
10
1
Jumlah Skor 1800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 81,82

Keterangan: T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                         : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas            : Klasikal                                            : Tuntas 
                                           Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No
Uraian
Hasil Siklus III
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
81,82
19
86,36

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode PQ4R sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
b.    Pembahasan
Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut.
1.      Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2.    Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3.    Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4.    Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
Pada siklus III guru telah menerapkan metode PQ4R dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode PQ4R dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
1.    Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode PQ4R memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2.    Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode PQ4R dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3.          Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI pada kompetensi dasar Membaca Al-Qur’an yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah metode PQ4R dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
H.   Simpulan dan Saran
a.    Simpulan        
Dari hasil kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode PQ4R yang telah dilakukan dalam tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis akhirnya dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut.
1.    Langkah-langkah penggunaan metode PQ4R untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an, meliputi:
1)    Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan melengkapi perangkat yang diperlukan guna menunjang pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan. Setiap komponen perencanaan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, agar memberi pedoman kepada guru ketika mengelola KBM di kelas.
2)    Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana. Artinya, guru dan siswa berusaha berperilaku seperti yang telah ditentukan. Satu sama lain saling berusaha secara maksimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3)    Guru dan siswa melakukan evaluasi sesuai dengan rencana dan menindaklanjuti hasilnya dengan cara-cara yang efektif.
2.    Penggunaan metode PQ4R terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD Negeri 2 Legokjawa dalam membaca Al-Quran. Dampak dari penggunaan metode PQ4R ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
b.    Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar agama islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut.
  1. Untuk melaksanakan pembelajaran membaca Al-Quran dengan menggunakan metode PQ4R sangat diperlukan berbagai faktor penunjang, terutama kesiapan guru dan siswa. Oleh karena itu, miliki persiapan yang matang, agar setiap kendala dapat diselesaikan bersama.
  2. Penggunaan metode PQ4R dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an juga perlu didukung dengan media yang tepat, seperti kesediaan sumber belajar yang lengkap dan menyukupi kebutuhan siswa.
  3. Evaluasi kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran, sangat penting sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran yang telah ditempuh. Dalam rangka itu, gunakan multi teknik yang tepat.
I.      Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi agama islam dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar