Kamis, 17 Oktober 2013

Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menguasai Materi Ajar Mata Pelajaran PAI Tentang Malaikat Alloh dan Tugasnya Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match


                                                                                                       

A.   Judul
Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menguasai Materi Ajar Mata Pelajaran PAI Tentang Malaikat Alloh dan Tugasnya Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
B.   Penulis
Nama                   : Eman Sudirman, S.Pd.I
Tempat Tugas    : SD Negeri 2 Legokjawa, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
No. Hp                  : 085321830808
C.   Abstrak

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bermula dari kesenjangan dalam KBM mata pelajaran PAI tentang materi ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya. Setelah KBM berlangsung, diketahui sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, kurang menguasai materi ajar atau kompetensi tersebut. Salah satu faktor penyebabnya diduga kuat karena penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini dapat dirasakan baik oleh guru maupun siswa ketika KBM sedang berlangsung. Fokus pada tersampaikannya materi ajar tersebut kepada siswa merupakan strategi yang diupayakan saat itu. Akibatnya, proses pembelajaran dirasakan kurang bermakna bagi siswa. Selain itu, antarsiswa tidak terjadi saling belajar, serta siswa enggan bertanya kepada guru. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Pokok masalah dalam penelitian ini dirumuskan melalui tiga pertanyaan berikut: (1) bagaimana langkah-langkah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar tersebut?; dan (2) bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar tersebut setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match? Guna menjawab pokok masalah tersebut digunakan metode penelitian tindakan kelas. Data yang diperlukan dikumpulkan melalui beberapa teknik, seperti observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009. Setelah diperoleh data yang diinginkan dan kemudian dilakukan pembahasan, akhirnya dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut.
1.      Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Math untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran PAI, meliputi:
1)      menyusun rencana yang matang untuk dijadikan pedoman bagi guru ketika membimbing dan mengarahkan siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran;
2)      guru dan siswa melaksanakan KBM sesuai dengan rencana;
3)     
1
 
guru dan siswa melaksanakan evaluasi, dan hasilnya ditindaklanjuti bersama dengan cara-cara yang akurat.
2.      Kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran PAI, meningkat secara bertahap setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

D.    Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan Siswa Menguasai Materi Ajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

E.   Pendahuluan
a.    Latar Belakang Masalah
Meningkatnya kemampuan siswa pada suatu materi ajar, menjadi bagian dari ciri keberhasilan pengelolaan KBM yang dilakukan oleh guru. Bahkan, inilah sebenarnya yang diinginkan setelah proses KBM berlangsung, seperti dikemukakan Hermawan (2008:25) bahwa “Inti dari proses pengelolaan pendidikan di sekolah, yaitu terciptanya kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang selaras dengan cita-cita pendidikan secara nasional”. Sebab itulah, pengelolaan KBM harus dilakukan secara profesional oleh guru mana pun yang mendapat amanah ini, termasuk di dalamnya guru yang mengampu mata pelajaran PAI.
Upaya menuju ke arah itu, telah dan sedang dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI di SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Tidak sedikit dari upaya yang telah dilakukan cukup berhasil mengantarkan siswa pada tingkat kemampuan yang diinginkan. Hal ini seperti yang terjadi pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2008/2009. Selain itu, tidak sedikit pula dari upaya yang telah dilakukannya kurang berhasil mencapai hasil yang diharapkan, seperti ketika mengantarkan siswa ke penguasaan kemampuan mengenal nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya.
Kekurangberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan di atas, perlu diupayakan jalan keluarnya, agar mencapai tarap yang diinginkan. Diduga kuat, hal ini disebabkan oleh penggunaan metode yang kurang tepat. Dugaan tersebut diperkuat oleh hasil refleksi awal yang mengindikasikan adanya masalah sebagai berikut.
1.    Proses belajar siswa, terkesan kurang bermakna.
2.    Aktivitas guru lebih mendominasi dan terfokus pada tersampaikannya materi ajar.
3.    Antarsiswa tidak terjadi saling belajar.
4.    Ada kesan bahwa siswa malu bertanya kepada guru.
Kondisi seperti yang telah diuraikan di atas, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Selain dapat menimbulkan kemalasan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran PAI, juga akan memberi dampak kurang baik terhadap tumbuhkembangnya kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran ini secara keseluruhan. Sebab itulah yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar ini. Besar harapan, dari upaya yang dilakukan ini selain dapat mengubah proses belajar siswa dan hasilnya, juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola KBM.
b.    Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, teridentifikasi adanya masalah sebagai berikut.
1.    Proses belajar siswa yang kurang bermakna telah memberi dampak kurang baik terhadap kegiatan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, telah memberi dampak kurang baik pula terhadap tumbuhkembangnya kemampuan siswa dalam menguasai suatu kompetensi yang ditargetkan.
2.    Guru lebih banyak mendominasi aktivitas secara keseluruhan, yang tampak dari hilangnya porsi-porsi tertentu yang seharusnya dilakukan oleh siswa.
3.    Fokus pada penyajian materi telah mengubah fungsi pembelajaran bagi siswa. Dengan cara seperti itu bukan malah meningkatkan penguasaan siswa terhadap suatu kemampuan yang diinginkan. Selain dirasakan menjenuhkan bagi siswa, juga kurang ada kesempatan bagi siswa untuk saling belajar.
4.    Penggunaan metode yang kurang tepat dan tidak bervariasi telah memberi dampak kurang baik terhadap efektivitas pengelolaan KBM dan tercapainya penguasaan kemampuan yang diinginkan.
c.    Cara Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah seperti telah dikemukakan di atas, digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Pendayagunaan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat mengubah pola pengelolaan KBM secara keseluruhan yang akan memberi dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa dalam belajar yang akan berdampak secara langsung pada peningkatan kemampuannya. Inisiatif ini pun dilakukan atas dasar pertimbangan teoretik dan kepentingan praktis, seperti berikut.
1.    Secara teoretik, Slavin (1997: 56) mengemukakan sebagai berikut ”Pembelajaran kooperatif berkenaan dengan berbagai macam metode pembelajaran yang perwujudannya siswa bekerja dalam kelompok-kelomok kecil dan saling membantu belajar materi akademis. Dalam kerjasama di kelas, partisipasi yang diharapkan dari siswa adalah saling membantu satu sama lain, berdiskusi dan berargumentasi satu sama lain, saling menilai pengetahuan dan perbedaan pemahaman satu sama lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match ini lebih dikenal dengan metode mencari pasangan. Pengembang metode ini adalah Lorry Curran, tahun 1994. Metode make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu itu bisa berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang.
2.    Secara praktis, penulis dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis belum pernah menempuh langkah-langkah KBM berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

d.    Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian latar belakang, identifikasi, dan cara pemecahan masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.    Bagaimana langkah-langkah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya?
2.    Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match?
e.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini tidak lepas dari kedua pokok masalah di atas, yakni untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
  1. langkah-langkah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya;
  2. peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
f.     Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. Jelasnya mengenai manfaat dimaksud, sebagai berikut.
  1. Bagi Siswa
1)    Memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth.
2)    Meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
  1. Bagi Guru
1)    Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mengelola KBM berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth.
2)    Dapat meningkatkan kemampuan mengelola KBM yang menjadi tugas utamanya sebagai guru.
3)    Memberi inspirasi agar ke depan terus berusaha untuk berinovasi dalam mengelola KBM.


  1. Bagi Sekolah  
1)    Dapat mengetahui kualitas pengelolaan KBM mata pelajaran PAI dan berikut hasilnya.
2)    Dapat berbenah diri untuk meningkatkan pengelolaan KBM.
3)    Dapat meningkatkan hasil pengelolaan KBM, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 
g.    Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan
  1. Kajian Teori
a)    Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk :
1)    menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
2)    mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa aspek, yaitu ; al-Quran dan Hadiś, aqidah, akhlak, fiqih, tarikh dan kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
b)   Arti Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah suatu aktivitas atau usaha-usaha tindakan dan bimbingan yang dilakukan secara sadar dan sengaja serta terencana yang mengarah pada terbentuknya kepribadian anak didik yang sesuai dengan norma-norma yang ditentukan oleh ajaran agama. Pendidikan Agama Islam juga merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan ber akhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
c)    Fungsi Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, serta sebagai wahana pengembangan sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah didapat dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Fungsi dari Pendidikan Agama Islam yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
1)    Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah yang ditanamkan dalam lingkup pendidikan keluarga.
2)    Pengajaran, yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.
3)    Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat ber sosialisasi dengan lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
4)    Pembiasaan, yaitu melatih siswa untuk selalu mengamalkan ajaran Islam, menjalankan ibadah dan berbuat baik.
Di samping fungsi-fungsi yang tersebut di atas, hal yang sangat perlu diingat bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup bagi peserta didik untuk mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat selain itu Pendidikan Islam juga mempunyai fungsi secara umum ,yaitu sebagai berikut.
1)    Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang, peranan ini berkaitan dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
2)    Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan tersebut dari generasi tua ke generasi muda.
3)    Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelangsungan hidup suatu masyarakat dan peradaban, dengan kata lain, nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, tidak akan terpelihara yang akhirnya menyebabkan kehancuran masyarakat itu sendiri. Adapun nilai-nilai yang dipindahkan ialah nilai-nilai yang diambil dari 5 sumber, yaitu : Al-Qur’an, Sunah Nabi, Qiyas, Kemaslahatan umum, dan kesepakatan atau Ijma’ ulama, dan cendekiawan  Islam yang dianggap sesuai dengan sumber dasar, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
4)    Mendidik anak agar beramal di dunia ini untuk memetik hasilnya di akhirat.
d)   Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pendidikan Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah: (1) Ilmu Tauhid / Keimanan, (2) Ilmu Fiqih, (3) Al-Qur‟an, (4) Al-Hadist, (5) Akhlak dan (6) Tarikh Islam.

e)    Karakteristik Pendidikan Agama Islam
Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah baik yang umum maupun yang khusus, Pendidikan Agama Islam mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan pelajaran lainnya.  Apabila diringkas adalah sebagai berikut.
1)    Pendidikan Islam merujuk pada aturan-aturan yang sudah pasti.
2)    Pendidikan Agama Islam selalu mempertimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah dan geraknya.
3)    Pendidikan Agama Islam bermisikan pembentukan akhlakul karimah
4)    Pendidikan Agama Islam diyakini sebagai dakwah atau misi suci
5)    Pendidikan Agama Islam bermotifkan ibadah.
f)     Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Guru sebagai pengelola kelas dihadapkan dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Oleh sebab itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Dengan melihat konteks tersebut pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa.
Untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dapat diwujudkan dengan pengelolaan kelas artinya guru itu harus memberi penekanan dan pengalaman secara langsung serta merancang proses belajar mengajar di kelas yang memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajarinya.
g)   Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
1)    Arti Metode Make A Match
Metode Make A Match ini lebih dikenal dengan metode mencari pasangan. Pengembang metode ini adalah Lorry Curran, tahun 1994. Metode make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu itu bisa berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang. Perkembangan berikutnya, para pengguna model pembelajaran kooperatif tipe ini berusaha memodifikasi dan mengembangkannya. Saat ini, kita dapat menemukan beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe ini.
Ada 3 hal yang perlu dipahami dan lakukan, jika ingin menerapkan tipe ini dengan baik. Pertama adalah tujuan pembelajaran Make A Match. Kedua, persiapan yang perlu dilakukan. Ketiga, sintaks atau langkah-langkah pembelajaran ketika menerapkan tipe ini di kelas.
2)    Tujuan Metode Make a Match       
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran, sangat mempengaruhi dalam memilih metode pembelajan. Setidaknya, ada tiga tujuan penerapan metode make a match, yaitu: (1) pendalaman materi; (2) menggali materi; dan (3) untuk selingan.
3)    Persiapan yang Perlu DiLakukan       
Setiap pembelajaran aktif atau inovatif membutuhkan persiapan, tidak terkecuali metode make a match. Sebelum menerapkannya di kelas, perlu menyiapkan hal-hal di bawah ini.
                      (1)    Buatlah beberapa pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran). Tulis dalam kartu-kartu pertanyaan.
                      (2)    Buatlah kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Tulis dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna
                      (3)    Buatlah aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (buat aturan ini bersama-sama dengan siswa).
                      (4)    Sediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi. Make A Match menggali materi.Materi yang akan diajarkan pecahan menjadi beberapa sub materi
                      (5)    Buatlah kata-kata kunci atau gambar dari setiap sub materi tersebut, lalu tulis dalam lembaran-lembaran kertas.
                      (6)    Siapkan beberapa lembar kertas plano untuk menempelkan lembaran-lembaran kertas.
                      (7)    Siapkan kertas HVS secukupnya untuk menuliskan hasil kerja kelompok.
4)    Sintaks atau Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match untuk mendalami/melatih materi, dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
(1)  Pertama-tama menyampaikan/mempresentasikan materi atau memberi tugas kepada siswa mempelajari materi di rumah.
(2)  Pecahlah siswa menjadi 2 kelompok, misalnya kelompok A dan kelompok B. Mintalah mereka berhadap-hadapan.
(3)  Bagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B.
(4)  Sampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokkan karta yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Sampaikan pula batasan maksimum waktu yang diberikan kepada mereka.
(5)  Mintalah semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya, mintalah mereka melaporkan diri kepada. Catatlah mereka pada kertas yang sudah persiapkan.
(6)  Jika waktu sudah habis, sampaikan kepada mereka bahwa waktu sudah habis. Bagi siswa yang belum menemukan pasangan, mintalah mereka untuk berkumpul tersendiri.
(7)  Panggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
(8)  Terakhir, berikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan tersebut.
(9)  Panggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.
Sebagai catatan yang perlu selalu diingat pada saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe ini, yaitu sebagai berukut.
(1)   Guru bisa memberikan hukuman yang mendidik pada siswa yang tidak menemukan pasangan atau menemukan pasangan ternyata salah.
(2)   Guru juga dapat memberikan skor pada pasangan yang berhasil menemukan pasangan.
Sebagai ilustrasi penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk menggali materi dan atau menumbuhkembangkan kemampuan dalam menguasai suatu kompetensi, yaitu sebagai berikut.
(1)  Sampaikan kepada siswa, bahwa hari ini menggunakan metode mencari pasangan. Sampaikan pula bahwa jika mereka sudah menemukan pasangan, maka dengan sendirinya pasangan itu menjadi satu kelompok.
(2)  Bagikan lembaran-lembaran kertas kepada siswa secara acak.
(3)  Mintalah kepada siswa untuk mencari pasangan dari lembaran kertas yang mereka terima.
(4)  Jika mereka sudah menemukan pasangannya, mintalah kepada mereka menyusun materi utuh berdasarkan kata-kata kunci yang mereka bawa pada lembar kertas yang sudah dipersiapkan
(5)  Bagikan kertas plano dan lem pada setiap kelompok untuk menempelkan hasil kerja mereka.
(6)  Apabila siswa Anda telah menyelesaikan tugas di atas, mintalah satu kelompok untuk presentasi. kelompok lain memberikan tanggapan. Dan, Anda sebagai guru memberikan konfirmansi.
(7)  Apabila satu kelompok sudah selesai peresentasi, lanjutkan ke kelompok lain sampai semua kelompok presentasi.

h)   Materi Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Malaikat Alloh dan Tugasnya
Malaikat adalah ciptaan Allah yang ghaib, yang tidak mempunyai nafsu dan pikiran, tidak berbapak dan tidak beribu, juga tidak beranak. Malaikat hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Malaikat ada banyak, tapi yang wajib diimani hanya ada sepuluh.
Kata malaikat merupakan jamak dari kata Arab malak yang berarti kekuatan. Jadi malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Malaikat dalam Islam, merupakan hamba dan ciptaan Allah yang dijadikan daripada cahaya lagi mulia dan terpelihara daripada maksiat. Mereka tidak berjantina, tidak bersuami atau isteri, tidak beribu atau berbapa dan tidak beranak. Mereka tidak tidur dan tidak makan serta tidak minum. Mereka mampu menjelma kepada rupa yang dikehendaki dengan izin Allah.
Rukun iman dalam agama islam ada 6 (enam), salah satunya adalah iman kepada malaikat. Iman kepada malaikat artinya meyakini bahwa Allah SWT., memiliki malaikat-malaikat yang diciptakanNya. Ada 10 Malaikat yang wajib diketahui, sepuluh malaikat dimaksud sebagai berikut.
1)    Malaikat Jibril
Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rosul. Malaikat Jibril adalah penghubung antara Allah SWT dengan nabi dan rosul-Nya.
2)    Malaikat Mikail
Malaikat Mikail bertugas memberi rejeki kepada manusia.
3)    Malaikat Israfil
Malaikat Israfil bertugas meniup terompet sangkakala pada hari kiamat.
4)    Malaikat Izrail
Malaikat Izrail bertugas sebagai pencabut nyawa.
5)    Malaikat Munkar
Malaikat Munkar bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan manusia di alam kubur tentang amal perbuatan mereka saat masih hidup.
6)    Malaikat Nakir
Malaikat Nakir bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan manusia di alam kubur tentang amal perbuatan mereka saat masih hidup.
7)    Malaikat Raqib
Malaikat Raqib bertugas mencatat segala amal baik yang dilakukan manusia.
8)    Malaikat Atid
Malaikat Atib bertugas mencatat segala perbuatan buruk yang dilakukan manusia.
9)    Malaikat Malik
Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka dan menyambut ahli neraka.
10) Malaikat Ridwan
Malaikat Malik bertugas menjaga pintu syurga dan menyambut ahli syurga.
b.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian teori dan pokok masalah yang dirumuskan, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya meningkat setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match”.

F.    Metodologi Penelitian
a.    Setting Penelitian
Setting dimaksud pada bagian metodologi penelitian ini meliputi subjek, tempat, waktu, dan siklus PTK. Adapun lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.      Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa, yang berjumlah 21 orang, yang terdiri atas 10 siswa berjenis kelamin laki-laki, dan 11 orang siswa berjenis kelamin wanita. Masing-masing siswa memiliki karakter yang berbeda. Demikian pun dengan kemampuannya dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI.
2.      Tempat penelitian ini berlangsung di kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
3.      Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semeseter II tahun pelajaran 2008/2009.
4.      Siklus penelitian ini direncanakan dan diselenggarakan pada waktu yang telah ditentukan, yakni sebagai berikut. 
                1.    Siklus I (Pertemuan I) dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Maret 2008.
                2.    Siklus II (Pertemuan II) dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2008.
                3.    Siklus III (Pertemuan III) dilaksanakan pada hari Rabu, 1 April 2008.
b.    Objek Penelitian
Ada tiga hal yang menjadi objek tindakan dalam penelitian ini, yaitu:
        1.    input (kondisi awal), yaitu hasil pre test;
        2.    proses (saat berlangsungnya pelaksanaan tindakan), terdiri atas: pengamatan terhadap guru (observing teachers) dalam aktivitas pembelajaran,  pengamatan terhadap kelas (observing classromm) yakni manajemen kelas, dan pengamatan terhadap siswa (observing student), yakni partisipasi dan kreativitas siswa dalam pembelajaran;
        3.    output (hasil tindakan) berupa respon siswa terhadap pembelajaran mata pelajaran PAI tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya yang disajikan dengan menggunakan metode metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a match  dan hasil tes formatif setiap siklus dengan kriteria keberhasilan sebagai berikut:
> 80 %                              =          sangat baik
            60 – 79.9 %                           =          baik
            40 – 59.9 %                           =          cukup
            20 – 39.9 %                           =          kurang
<    20 %                           =          sangat kurang
c.    Rancangan Penelitian
Penelitian ini direncanakan mengikuti alur penelitian tindakan kelas (class action research), dengan model yang diplilih yaitu model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart,  yakni siklus spiral yang terdiri atas empat tahapan berikut: (1) merencanakan tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) mengamati pelaksanaan tindakan, dan (4) merefleksi hasil tindakan.
d.    Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, seperti observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Lebih jelasnya mengenai penggunaan teknik dan instrumen pengumpulan data tersebut, sebagai berikut.
        1.    Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tindakan. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini adalah lembar observasi.
        2.    Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini adalah lembar tes.
        3.    Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini adalah lembar wawancara.
        4.    Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tertulis dan visualisasi setiap siklus KBM. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan siklus setiap KBM yang sudah berlangsung, seperti RPP, photo-photo KBM. 
e.    Teknik Analisis Data
Data dianalisis bersama mitra kolaborasi sejak penelitian dimulai, dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.




G.               Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.    Hasil Penelitian
Siklus I
Siklus I mengenai upaya peningkatan kemampuan menguasai materi ajar PAI tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, berlangsung dalam empat tahapan berikut.
1.                         Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat dalam rangka:
1)    menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I yang akan dijadikan acuan pada saat pelaksanaan tindakan sedang berlangsung;
2)    menyusun dan memvalidasi instrumen yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan sedang berlangsung, seperti lembar tes yang memuat sejumlah pertanyaan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan Siklus I, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, dan lembar wawancara. 
2.        Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung dalam kondisi sebagai berikut.
1)    Kegiatan Awal
(1)  Guru dan siswa mengadakan apersepsi.
(2)  Guru dan siswa melaksanakan pre test.
(3)  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan berusaha memahamkan siswa terhadap upaya untuk mencapainya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. 
2)    Kegiatan Inti
(4)  Guru menyampaikan pesan kepada siswa jika sudah menemukan pasangan, maka dengan sendirinya pasangan itu menjadi satu kelompok. Siswa tampak dapat memahami tuntutan ini.
(5)  Guru membagikan lembaran-lembaran kertas kepada siswa secara acak. Siswa menerima lembaran tersebut dan berusaha memahaminya.
(6)  Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mencari pasangan dari lembaran kertas yang mereka terima. Siswa tampak berusaha mengikuti petunjuk ini.
(7)  Guru memberi instruksi kepada siswa jika sudah menemukan pasangannya, maka susunlah materi secara utuh berdasarkan kata-kata kunci yang mereka bawa pada lembar kertas yang sudah dipersiapkan. Siswa tampak berusaha memenuhi tuntutan ini.
(8)  Guru membagikan kertas plano dan lem pada setiap kelompok untuk menempelkan hasil kerja mereka. Siswa tampak berusaha memenuhi tuntutan ini.
(9)  Guru memberi instruksi kepada salah satu kelompok untuk presentasi, sedang kepada kelompok lain dituntut untuk memberikan tanggapan. Dalam pada itu, guru memberikan konfirmansi. Salah satu kelompok yang mendapat giliran melakukan presentasi dan mendapatkan tanggapan dari kelompok lain.
(10)               Guru memberi instruksi kepada kelompok lain yang mendapat giliran untuk melakukan presentasi, serta menekankan kepada kelompok lain agar memberikan tanggapan, dan bersiap-siap untuk mendapat giliran berikutnya.
3)    Kegiatan Akhir
(1)  Guru dan siswa mengambil simpulan dari kegiatan yang sudah dilaksanakan.
(2)  Guru dan siswa melaksanakan post test.
(3)  Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajaran dengan tertib.
3.    Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh teman sejawat, dengan berpedoman pada lembar observasi yang sudah disediakan, baik untuk mengobervasi aktivitas guru maupun siswa pada saat pelaksanaan tindakan siklus I sedang berlangsung. Melalui observasi yang telah dilakukan itu diperoleh beberapa catatan dan penilaian sebagai berikut.
(1)  Guru dan siswa masih terkesan kaku dengan tugasnya masing-masing, baik di awal, pada saat kegiatan inti, maupun di akhir pembelajaran. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa dinilai kurang mampu.
(2)  Suasana kelas diributkan dengan kebingungan siswa ketika berusaha mencari pasangan, dan kondisi ini kurang mampu dikendalikan oleh guru. 
4.            Refleksi
Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan atas pelaksanaan tindakan siklus I, peniliti dan teman sejawat melakukan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi, diperoleh ketentuan sebagai berikut.
1)    Guru tidak dapat berbuat banyak ketika dihadapkan dengan kesulitannya sendiri dan apalagi mengatasi kesulitan siswa pada saat memenuhi tuntutan pembelajaran.
2)    Siswa pun demikian, tampak paling bingung ketika harus berusaha mengikuti tuntutan pembelajaran.
3)    Berdasarkan hasil tes belum tampak adanya peningkatan kemampuan yang signifikan pada masing-masing siswa.
Atas dasar itu, maka pada siklus II, baik guru maupun siswa perlu mengikuti yang dianjurkan berikut.
1)    Guru harus berusaha lebih memahami lagi tentang pengelolaan KBM berdasarkan tuntutan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
2)    Guru harus berusaha memusatkan perhatian siswa pada penjelasan tentang langkah-langkah belajar berdasarkan tuntutan model pembelajaran kooperatif tipe  Make A Match.
3)    Guru harus memotivasi siswa agar timbul semangat untuk belajar lebih baik, tentunya dengan cara memberikan reward (penghargaan) dan hukuman yang setimpal.
4)    Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, guru dan siswa harus bermusyawarah untuk saling memahamkan tugas masing-masing, agar perilaku yang diharapkan dapat terjadi.
Siklus II
Pelaksanaan siklus II, menempuh empat tahapan seperti pada siklus I. Adapun gambaran dari masing-masing tahapan pada siklus II ini, sebagai berikut.
1.            Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti dan teman sejawat berusaha mengupayakan segala sesuatunya guna menunjang kelancaran pelaksanaan tindakan siklus II, agar berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun implementasinya, sebagai berikut.
1)    Peneliti dan teman sejawat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I. Dalam rangka itu, siswa dilibatkan, agar diperoleh kesepakatan terkait dengan tugas guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.
2)    Peneliti dan teman sejawat menyusun dan memvalidasi instrumen yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan II, seperti lembar tes yang memuat sejumlah pertanyaan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan siklus II, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, dan lembar wawancara.
2.            Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung pada waktu yang telah ditentukan. Aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)    Kegiatan Awal
(1)  Guru dan siswa mengadakan apersepsi melalui tanya jawab terkait dengan materi yang telah dipelajari dan akan dipelajari lagi berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
(2)  Guru dan siswa melaksanakan pre test.
(3)  Guru berusaha memahamkan siswa terhadap tujuan pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. 
2)    Kegiatan Inti
1)    Guru menyampaikan pesan kepada siswa jika sudah menemukan pasangan, maka dengan sendirinya pasangan itu menjadi satu kelompok. Siswa tampak dapat memahami tuntutan ini.
2)    Guru membagikan lembaran-lembaran kertas kepada siswa secara acak. Siswa menerima lembaran tersebut dan berusaha memahaminya.
3)    Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mencari pasangan dari lembaran kertas yang mereka terima. Siswa tampak berusaha mengikuti petunjuk ini.
4)    Guru memberi instruksi kepada siswa jika sudah menemukan pasangannya, maka susunlah materi secara utuh berdasarkan kata-kata kunci yang mereka bawa pada lembar kertas yang sudah dipersiapkan. Siswa tampak berusaha memenuhi tuntutan ini.
5)    Guru membagikan kertas plano dan lem pada setiap kelompok untuk menempelkan hasil kerja mereka. Siswa tampak berusaha memenuhi tuntutan ini.
6)    Guru memberi instruksi kepada salah satu kelompok untuk presentasi, sedang kepada kelompok lain dituntut untuk memberikan tanggapan. Dalam pada itu, guru memberikan konfirmansi. Salah satu kelompok yang mendapat giliran melakukan presentasi dan mendapatkan tanggapan dari kelompok lain.
7)    Guru memberi instruksi kepada kelompok lain yang mendapat giliran untuk melakukan presentasi, serta menekankan kepada kelompok lain agar memberikan tanggapan, dan bersiap-siap untuk mendapat giliran berikutnya.
3)    Kegiatan Akhir
1)    Guru dan siswa mengambil simpulan dari kegiatan yang sudah dilaksanakan.
2)    Guru dan siswa melaksanakan post test.
3)    Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajaran dengan tertib.
3.            Observasi
Seperti pada siklus sebelumnya, observasi dilakukan oleh teman sejawat, dengan berpedoman segala ketentuan yang tertuang pada lembar observasi, baik ketika mengobervasi aktivitas guru maupun siswa pada saat berperilaku memenuhi tuntutan pembelajaran. Berdasarkan catatan dan penilaian hasil observasi ini diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)    Guru dan siswa mulai terbiasa dengan tugasnya masing-masing, dalam KBM mata pelajaran PAI tentang materi ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugas berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa dinilai cukup mampu.
2)    Suasana kelas tidak terlalu ribut, dan iklim KBM mulai berlangsung kondusif. 
3)    Kesalahan yang dilakukan guru maupun siswa, baik disengaja maupun tidak sengaja, dinilai tidak begitu urgen terhadap kemampuan yang ditingkatkan. Hal ini terjadi karena guru dan siswa belum sepenuhnya memahami benar tugasnya masing-masing dalam KBM berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match   
4)    Berdasarkan hasil tes, kemampuan masing-masing siswa dalam menguasai materi ajar diketahui mengalami peningkatan. 
4.            Refleksi
Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan atas pelaksanaan siklus II dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk menguasai materi ajar PAI tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, maka peneliti dan teman secara melakukan refleksi. Adapun hasilnya, sebagai berikut.
1)    Guru cukup mampu berdaya upaya melakukan segenap tugasnya untuk mengarahkan siswa agar belajar sesuai dengan tuntutan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
2)    Secara bertahap, setiap siswa mengalami kemajuan, baik dalam memenuhi tuntutan pembelajaran maupun tingkat penguasaan materi ajar yang disajikan. Sebelumnya (pada siklus I) antarsiswa tidak terjadi saling belajar. Selain itu, saat melakukan presentasi hasil diskusi dengan pasangannya, dinilai cukup representatif. Oleh karena itu,  sangat wajarlah apabila kemudian terjadi peningkatan kemampuan menguasai materi ajar.
3)    Seluruh siswa diketahui sudah mencapai batas minimal ketuntasan belajar, yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tes pada siklus II di atas rata-rata nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran PAI pada semeseter II. Dengan demikian, siklus pembelajaran berakhir hingga siklus II.

b.    Pembahasan
Upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran PAI melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, yang dilaksanakan dalam siklus dinilai cukup berhasil. Hal ini terbukti dari rata-rata nilai hasil pre test (tes awal) pada prasiklus I mencapai rata-rata nilai 55, siklus I mencapai rata-rata nilai 63,08, siklus II mencapai rata-rata nilai 75,08, dan tes akhir pasca siklus II  mencapai rata-rata nilai 80,73. Mengenai kenaikan kemampuan siswa ini  dapat digambarkan melalui grafik berikut.
grafik-1-pembelajaran-kooperatif-make-a-match-1
Grafik 1: Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa. Peningkatan terjadi dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan. Pada setiap siklusnya kenaikan hasil belajar siswa cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa rata-rata hanya 55,00 setelah akhir tindakan pada siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08, dan  post test (tes akhir) rata-rata 80,73. Kenaikan tersebut merupakan suatu realita bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar yang menjadi target upaya yang dilakukan.
Ditinjau dari pencapaian persentase ketuntasan belajar pada pre test (tes awal) adalah 20%, siklus I adalah 67,50%, siklus II adalah 87,50%, dan post test (tes akhir) adalah 87,50%. Kenaikan persentase pencapaian ketuntasan belajar siswa ini digambarkan pada grafik berikut ini.
grafik-2-pembelajaran-kooperatif-make-a-match
Grafik 2: Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa. Peningkatan terjadi dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan. Pada setiap siklus kenaikan pencapaian hasil belajar siswa yang menujukkan tingkat kemampuannya, cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa hanya 20%, setelah akhir tindakan pada siklus II menjadi 87,50%. Kenaikan tersebut merupakan suatu realita bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya.
Meski demikian, hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siklus I belum menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh guru belum memberikan penekanan secara khusus terhadap proses pembelajaran. Misalnya: tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa belum disertai dengan penjelasan yang lebih rinci. Selain itu, para siswa masih banyak yang belum memahami benar cara mengisi kartu soal dan jawaban ke dalam LKS. Untuk itu, pada siklus II guru melakukan berbagai upaya seperti yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya. Perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini lebih menitikberatkan pada teknik mengisi LKS. Pada bagian ini peneliti berusaha menjelaskan kembali materi pelajaran dengan cara lebih menyederhanakan. Upaya yang telah dilakukan guru tersebut dinilai cukup berhasil memberi dampak terhadap iklim KBM dirasakan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Sebagian siswa tampak aktif mengikuti berbagai kegiatan yang berusaha dipenuhinya dengan baik. Meskipun ada di antara siswa yang belum menjawab pertanyaan secara benar, maka guru menganjurkan kepada yang bersangkutan untuk mendiskusikan jawabannya ke dalam kelompoknya. Setelah para siswa berdiskusi akhirnya siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
H.         Simpulan dan Saran
a.    Simpulan
Setelah melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian ini, akhirnya dapat diambil suatu simpulan untuk menjawab pokok masalah yang diajukan, yakni sebagai berikut.
1.    Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Math untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran PAI, meliputi:
1)    menyusun rencana yang matang untuk dijadikan pedoman bagi guru ketika membimbing dan mengarahkan siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran;
2)    guru dan siswa melaksanakan KBM sesuai dengan rencana;
3)    guru dan siswa melaksanakan evaluasi, dan hasilnya ditindaklanjuti bersama dengan cara-cara yang akurat.
2.    Kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran PAI, meningkat secara bertahap setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
3.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran PAI.
b.    Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis sebagai peneliti dapat mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1.    Ada baiknya untuk ke depan agar diperoleh suatu kondisi yang diharapkan, guru dapat merencanakan segala sesuatunya dengan baik, terutama bagaimana cara untuk mengatasi kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Hal ini sangat penting, tentunya bagi siswa yang dihadapkan pada masalah terkait dengan tuntutan pembelajaran.
2.    Ada baiknya, inovasi pembelajaran seperti ini terus diupayakan, agar siswa semakin merasa senang untuk belajar berbagai materi ajar mata pelajaran PAI, yang pada gilirannya akan memberi dampak pada pencapaian tujuan yang diharapkan.
I.                                      Daftar Rujukan
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hermawan, Asep. 2008. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Ciamis: Universitas Galuh Press.
........................... .2008. Problematika Kegiatan Belajar Mengajar. Ciamis: Universitas Galuh Press.  
Ibrahim, H. Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Widyaningsih, Wahyu. 2008. Kel. 3 Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika. Makalah dipbulikasikan melalui http://tpcommunity05.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 April 2008).
Anwar Holil, Model Pembelajaran Kooperatif, www.anwarholil.blogspot.com, didownload pada 26 Januari 2009.
Ariany Syurfah. 2007. Multipple Intelligences for Islamic Teaching, Bandung : Syamil Publishing
Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Sandar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : bp Pustaka Candra
Departemen Pendidikan Nasional. Konsep PAKEM. www.akhmadsudrajat.wordpress.com, didownload pada 20 Desember 2008
Ina Karlina. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. www.google.co.id, didownload pada 26 Januari 2009
M. Quraish Shihab. Lentera Hati. Bandung; Mizan, 1996, Cet. VI, h.
Masoffa. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional. www.masoffa.wordpress.com, didownload pada 26 Januari 2009
Maulia D. Kembara. Panduan Lengkap Home Schooling. Bandung: Proggressio, 2007, h. 18
Rahmat Aziz. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Kompetitif dalam Mengembangkan Kreativitas. www.azirahma.blogspot.com, didownload pada 26 Januari 2009
Slavin, Robert E.  Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Terj : Nurulita, Bandung: Nusa media, 2008, Cet. III  
Tarmizi. Pembelajaran Kooperatif “Make a Match”, www.tarmizi.wordpress.com, didownload pada 26 Januari 2009
Tim Ipotes. Metode Pembelajaran Kooperatif. www.ipotes.wordpress.com, didownload pada 26 Januari 2009
Tim Learning With Me. Pembelajaran. www.learning-with-me.blogspot.com, didownload pada 26 Januari 2009








1 komentar:

  1. Baccarat - The Borgata | Borgata
    Baccarat is played on several levels, with each of the players spinning and putting 검증 바카라 사이트 the cards in the same suit. This variation of poker  Rating: 5 · ‎6 votes

    BalasHapus