
A. Judul
Peningkatan
Kemampuan Siswa dalam Menguasai Materi Ajar Mata Pelajaran PAI Tentang Malaikat
Alloh dan Tugasnya Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
B. Penulis
Nama : Eman
Sudirman, S.Pd.I
Tempat Tugas : SD Negeri 2 Legokjawa,
Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
No. Hp :
085321830808
C. Abstrak
Abstrak
Penelitian tindakan
kelas ini bermula dari kesenjangan dalam KBM mata pelajaran PAI tentang materi
ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya. Setelah KBM berlangsung, diketahui
sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis, kurang menguasai materi ajar atau kompetensi tersebut. Salah
satu faktor penyebabnya diduga kuat karena penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini dapat dirasakan
baik oleh guru maupun siswa ketika KBM sedang berlangsung. Fokus pada
tersampaikannya materi ajar tersebut kepada siswa merupakan strategi yang
diupayakan saat itu. Akibatnya, proses pembelajaran dirasakan kurang bermakna
bagi siswa. Selain itu, antarsiswa tidak terjadi saling belajar, serta siswa
enggan bertanya kepada guru. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Pokok masalah dalam penelitian ini dirumuskan melalui tiga pertanyaan
berikut: (1) bagaimana langkah-langkah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match agar
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar tersebut?; dan
(2) bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar tersebut
setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match? Guna menjawab pokok masalah tersebut digunakan metode
penelitian tindakan kelas. Data yang diperlukan dikumpulkan melalui beberapa
teknik, seperti observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data
penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009. Setelah diperoleh data
yang diinginkan dan kemudian dilakukan pembahasan, akhirnya dapat diambil suatu
simpulan sebagai berikut.
1. Langkah-langkah
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Math untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2
Legokjawa dalam menguasai materi ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada
mata pelajaran PAI, meliputi:
1) menyusun
rencana yang matang untuk dijadikan pedoman bagi guru ketika membimbing dan
mengarahkan siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran;
2) guru
dan siswa melaksanakan KBM sesuai dengan rencana;
3)
guru dan siswa melaksanakan evaluasi, dan hasilnya
ditindaklanjuti bersama dengan cara-cara yang akurat.
|
2. Kemampuan
siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar tentang
malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran PAI, meningkat secara
bertahap setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
D. Kata Kunci: Peningkatan,
Kemampuan Siswa Menguasai Materi Ajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
E.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Meningkatnya kemampuan siswa pada suatu materi ajar,
menjadi bagian dari ciri keberhasilan pengelolaan KBM yang dilakukan oleh guru.
Bahkan, inilah sebenarnya yang diinginkan setelah proses KBM berlangsung,
seperti dikemukakan Hermawan (2008:25) bahwa “Inti dari proses pengelolaan pendidikan
di sekolah, yaitu terciptanya kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan
tercapainya tujuan yang selaras dengan cita-cita pendidikan secara nasional”.
Sebab itulah, pengelolaan KBM harus dilakukan secara profesional oleh guru mana
pun yang mendapat amanah ini, termasuk di dalamnya guru yang mengampu mata
pelajaran PAI.
Upaya menuju ke arah itu, telah dan sedang dilakukan oleh
guru mata pelajaran PAI di SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis. Tidak sedikit dari upaya yang telah dilakukan cukup berhasil
mengantarkan siswa pada tingkat kemampuan yang diinginkan. Hal ini seperti yang
terjadi pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2008/2009. Selain itu, tidak
sedikit pula dari upaya yang telah dilakukannya kurang berhasil mencapai hasil
yang diharapkan, seperti ketika mengantarkan siswa ke penguasaan kemampuan
mengenal nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya.
Kekurangberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan di
atas, perlu diupayakan jalan keluarnya, agar mencapai tarap yang diinginkan.
Diduga kuat, hal ini disebabkan oleh penggunaan metode yang kurang tepat.
Dugaan tersebut diperkuat oleh hasil refleksi awal yang mengindikasikan adanya
masalah sebagai berikut.
1. Proses
belajar siswa, terkesan kurang bermakna.
2. Aktivitas
guru lebih mendominasi dan terfokus pada tersampaikannya materi ajar.
3. Antarsiswa
tidak terjadi saling belajar.
4. Ada kesan
bahwa siswa malu bertanya kepada guru.
Kondisi seperti yang telah diuraikan di atas, tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut. Selain dapat menimbulkan kemalasan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran PAI, juga akan memberi dampak
kurang baik terhadap tumbuhkembangnya kemampuan siswa dalam menguasai materi
ajar mata pelajaran ini secara keseluruhan. Sebab itulah yang telah mendorong
kepada penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada
sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar
ini. Besar harapan, dari upaya yang dilakukan ini selain dapat mengubah proses
belajar siswa dan hasilnya, juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola KBM.
b.
Identifikasi
Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, teridentifikasi
adanya masalah sebagai berikut.
1. Proses
belajar siswa yang kurang bermakna telah memberi dampak kurang baik terhadap kegiatan
pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, telah memberi dampak kurang baik pula
terhadap tumbuhkembangnya kemampuan siswa dalam menguasai suatu kompetensi yang
ditargetkan.
2. Guru
lebih banyak mendominasi aktivitas secara keseluruhan, yang tampak dari
hilangnya porsi-porsi tertentu yang seharusnya dilakukan oleh siswa.
3. Fokus
pada penyajian materi telah mengubah fungsi pembelajaran bagi siswa. Dengan
cara seperti itu bukan malah meningkatkan penguasaan siswa terhadap suatu
kemampuan yang diinginkan. Selain dirasakan menjenuhkan bagi siswa, juga kurang
ada kesempatan bagi siswa untuk saling belajar.
4. Penggunaan
metode yang kurang tepat dan tidak bervariasi telah memberi dampak kurang baik
terhadap efektivitas pengelolaan KBM dan tercapainya penguasaan kemampuan yang
diinginkan.
c.
Cara
Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah seperti telah dikemukakan di
atas, digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Pendayagunaan model
pembelajaran tersebut diharapkan dapat mengubah pola pengelolaan KBM secara
keseluruhan yang akan memberi dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa
dalam belajar yang akan berdampak secara langsung pada peningkatan kemampuannya.
Inisiatif ini pun dilakukan atas dasar pertimbangan teoretik dan kepentingan
praktis, seperti berikut.
1. Secara
teoretik, Slavin (1997: 56) mengemukakan sebagai berikut ”Pembelajaran
kooperatif berkenaan dengan berbagai macam metode pembelajaran yang
perwujudannya siswa bekerja dalam kelompok-kelomok kecil dan saling membantu
belajar materi akademis. Dalam kerjasama di kelas, partisipasi yang diharapkan
dari siswa adalah saling membantu satu sama lain, berdiskusi dan berargumentasi
satu sama lain, saling menilai pengetahuan dan perbedaan pemahaman satu sama
lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match ini lebih dikenal dengan metode
mencari pasangan. Pengembang metode ini adalah Lorry Curran, tahun 1994. Metode
make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih
materi yang telah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu itu bisa
berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan
yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang.
2. Secara
praktis, penulis dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis belum pernah menempuh langkah-langkah KBM berdasarkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
d.
Rumusan
Masalah
Bertolak dari uraian latar belakang, identifikasi, dan
cara pemecahan masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
langkah-langkah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match agar dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama
malaikat Alloh dan tugasnya?
2. Bagaimana
peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI
tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya setelah digunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match?
e.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini tidak lepas dari kedua pokok masalah
di atas, yakni untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
- langkah-langkah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya;
- peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya setelah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
f.
Manfaat
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah.
Jelasnya mengenai manfaat dimaksud, sebagai berikut.
- Bagi Siswa
1) Memperoleh pengetahuan dan pengalaman
belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth.
2) Meningkatnya
kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI tentang
nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya setelah digunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match.
- Bagi Guru
1)
Dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman mengelola KBM berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth.
2) Dapat meningkatkan kemampuan mengelola
KBM yang menjadi tugas utamanya sebagai guru.
3) Memberi inspirasi agar ke depan terus
berusaha untuk berinovasi dalam mengelola KBM.
- Bagi Sekolah
1) Dapat mengetahui
kualitas pengelolaan KBM mata pelajaran PAI dan berikut hasilnya.
2) Dapat
berbenah diri untuk meningkatkan pengelolaan KBM.
3) Dapat
meningkatkan hasil pengelolaan KBM, sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
g. Kajian
Teori dan Hipotesis Tindakan
- Kajian Teori
a) Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar
Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk :
1)
menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
2)
mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),
menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam komunitas sekolah.
Ruang
lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa aspek, yaitu ; al-Quran dan
Hadiś, aqidah, akhlak, fiqih, tarikh dan kebudayaan Islam. Pendidikan Agama
Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan
manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan
manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
b) Arti Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
Agama Islam adalah suatu aktivitas atau usaha-usaha tindakan dan bimbingan yang
dilakukan secara sadar dan sengaja serta terencana yang mengarah pada
terbentuknya kepribadian anak didik yang sesuai dengan norma-norma yang
ditentukan oleh ajaran agama. Pendidikan Agama Islam juga merupakan upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan ber akhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan
Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman.
c) Fungsi Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan
Agama Islam mempunyai fungsi sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa
kepada Allah SWT, serta sebagai wahana pengembangan sikap keagamaan dengan
mengamalkan apa yang telah didapat dari proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Fungsi dari Pendidikan Agama Islam yang dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1)
Pengembangan,
yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah yang ditanamkan
dalam lingkup pendidikan keluarga.
2)
Pengajaran,
yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.
3)
Penyesuaian,
yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dan dapat ber sosialisasi dengan lingkungannya sesuai dengan
ajaran Islam.
4)
Pembiasaan,
yaitu melatih siswa untuk selalu mengamalkan ajaran Islam, menjalankan ibadah
dan berbuat baik.
Di samping fungsi-fungsi yang tersebut di atas, hal yang
sangat perlu diingat bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan sumber nilai, yaitu
memberikan pedoman hidup bagi peserta didik untuk mencapai kehidupan yang
bahagia di dunia dan di akhirat selain itu Pendidikan Islam juga mempunyai
fungsi secara umum ,yaitu sebagai berikut.
1)
Menyiapkan
generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang
akan datang, peranan ini berkaitan dengan kelanjutan hidup (survival)
masyarakat sendiri.
2)
Memindahkan
ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan tersebut dari generasi tua ke
generasi muda.
3)
Memindahkan
nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat
yang menjadi syarat mutlak bagi kelangsungan hidup suatu masyarakat dan
peradaban, dengan kata lain, nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu
masyarakat, tidak akan terpelihara yang akhirnya menyebabkan kehancuran
masyarakat itu sendiri. Adapun nilai-nilai yang dipindahkan ialah nilai-nilai
yang diambil dari 5 sumber, yaitu : Al-Qur’an, Sunah Nabi, Qiyas, Kemaslahatan
umum, dan kesepakatan atau Ijma’ ulama, dan cendekiawan Islam yang
dianggap sesuai dengan sumber dasar, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
4)
Mendidik
anak agar beramal di dunia ini untuk memetik hasilnya di akhirat.
d) Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam.
Ruang
lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pendidikan Agama
Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling
melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari segi pembahasannya
maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah
adalah: (1) Ilmu Tauhid / Keimanan, (2) Ilmu Fiqih, (3) Al-Qur‟an, (4)
Al-Hadist, (5) Akhlak dan (6) Tarikh Islam.
e)
Karakteristik
Pendidikan Agama Islam
Sebagai mata pelajaran
yang wajib dipelajari di sekolah baik yang umum maupun yang khusus, Pendidikan
Agama Islam mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan pelajaran
lainnya. Apabila diringkas adalah sebagai berikut.
1) Pendidikan Islam merujuk pada aturan-aturan
yang sudah pasti.
2) Pendidikan Agama Islam selalu
mempertimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah
dan geraknya.
3) Pendidikan Agama Islam bermisikan
pembentukan akhlakul karimah
4) Pendidikan Agama Islam diyakini
sebagai dakwah atau misi suci
5) Pendidikan Agama Islam bermotifkan
ibadah.
f) Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu
suasana pembelajaran. Guru sebagai pengelola
kelas dihadapkan dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
kondusif. Oleh sebab itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang
sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Hal ini berarti
setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta
suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Dengan
melihat konteks tersebut pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha
yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam
berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan
siswa.
Untuk
menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, dapat diwujudkan dengan pengelolaan kelas artinya guru
itu harus memberi penekanan dan pengalaman secara langsung serta merancang
proses belajar mengajar di kelas yang memberi banyak kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah
dipelajarinya.
g)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
1) Arti Metode Make A Match
Metode Make A Match ini lebih dikenal dengan metode mencari pasangan.
Pengembang metode ini adalah Lorry Curran, tahun 1994. Metode make a match
adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah
dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu itu bisa berisi pertanyaan,
bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesuai
dengan kartu yang dipegang. Perkembangan berikutnya, para pengguna model
pembelajaran kooperatif tipe ini berusaha memodifikasi dan mengembangkannya.
Saat ini, kita dapat menemukan beberapa variasi dari model pembelajaran
kooperatif tipe ini.
Ada 3 hal yang perlu dipahami dan
lakukan, jika ingin menerapkan tipe ini dengan baik. Pertama adalah tujuan
pembelajaran Make A Match. Kedua,
persiapan yang perlu dilakukan. Ketiga, sintaks atau langkah-langkah
pembelajaran ketika menerapkan tipe ini di kelas.
2) Tujuan Metode Make a Match
Tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran, sangat mempengaruhi dalam memilih metode pembelajan. Setidaknya,
ada tiga tujuan penerapan metode make a match, yaitu: (1) pendalaman materi;
(2) menggali materi; dan (3) untuk selingan.
3) Persiapan yang Perlu DiLakukan
Setiap pembelajaran aktif atau
inovatif membutuhkan persiapan, tidak terkecuali metode make a match. Sebelum menerapkannya di kelas, perlu menyiapkan
hal-hal di bawah ini.
(1) Buatlah beberapa pertanyaan sesuai
dengan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran). Tulis
dalam kartu-kartu pertanyaan.
(2) Buatlah kunci jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Tulis dalam kartu-kartu jawaban. Akan
lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna
(3) Buatlah aturan yang berisi penghargaan
bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (buat aturan ini
bersama-sama dengan siswa).
(4) Sediakan lembaran untuk mencatat
pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi. Make A Match menggali materi.Materi yang
akan diajarkan pecahan menjadi beberapa sub materi
(5) Buatlah kata-kata kunci atau gambar
dari setiap sub materi tersebut, lalu tulis dalam lembaran-lembaran kertas.
(6) Siapkan beberapa lembar kertas plano
untuk menempelkan lembaran-lembaran kertas.
(7) Siapkan kertas HVS secukupnya untuk
menuliskan hasil kerja kelompok.
4) Sintaks atau Langkah-Langkah Kegiatan
Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match untuk
mendalami/melatih materi, dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Pertama-tama
menyampaikan/mempresentasikan materi atau memberi tugas kepada siswa
mempelajari materi di rumah.
(2) Pecahlah siswa menjadi 2 kelompok,
misalnya kelompok A dan kelompok B. Mintalah mereka berhadap-hadapan.
(3) Bagikan kartu pertanyaan kepada
kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B.
(4) Sampaikan kepada siswa bahwa mereka
harus mencari/mencocokkan karta yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Sampaikan
pula batasan maksimum waktu yang diberikan kepada mereka.
(5) Mintalah semua anggota kelompok A
untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan
pasangannya, mintalah mereka melaporkan diri kepada. Catatlah mereka pada
kertas yang sudah persiapkan.
(6) Jika waktu sudah habis, sampaikan
kepada mereka bahwa waktu sudah habis. Bagi siswa yang belum menemukan
pasangan, mintalah mereka untuk berkumpul tersendiri.
(7) Panggil satu pasangan untuk
presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan
dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
(8) Terakhir, berikan konfirmasi tentang
kebenaran pasangan tersebut.
(9) Panggil pasangan berikutnya, begitu
seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.
Sebagai catatan yang perlu selalu
diingat pada saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe ini, yaitu
sebagai berukut.
(1)
Guru
bisa memberikan hukuman yang mendidik pada siswa yang tidak menemukan pasangan
atau menemukan pasangan ternyata salah.
(2)
Guru
juga dapat memberikan skor pada pasangan yang berhasil menemukan pasangan.
Sebagai ilustrasi penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe make a match
untuk menggali materi dan atau menumbuhkembangkan kemampuan dalam menguasai
suatu kompetensi, yaitu sebagai berikut.
(1) Sampaikan kepada siswa, bahwa hari ini
menggunakan metode mencari pasangan. Sampaikan pula bahwa jika mereka sudah
menemukan pasangan, maka dengan sendirinya pasangan itu menjadi satu kelompok.
(2) Bagikan lembaran-lembaran kertas kepada
siswa secara acak.
(3) Mintalah kepada siswa untuk mencari
pasangan dari lembaran kertas yang mereka terima.
(4) Jika mereka sudah menemukan
pasangannya, mintalah kepada mereka menyusun materi utuh berdasarkan kata-kata
kunci yang mereka bawa pada lembar kertas yang sudah dipersiapkan
(5) Bagikan kertas plano dan lem pada
setiap kelompok untuk menempelkan hasil kerja mereka.
(6) Apabila siswa Anda telah menyelesaikan
tugas di atas, mintalah satu kelompok untuk presentasi. kelompok lain
memberikan tanggapan. Dan, Anda sebagai guru memberikan konfirmansi.
(7) Apabila satu kelompok sudah selesai
peresentasi, lanjutkan ke kelompok lain sampai semua kelompok presentasi.
h) Materi Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang
Malaikat Alloh dan Tugasnya
Malaikat adalah ciptaan Allah yang ghaib, yang tidak
mempunyai nafsu dan pikiran, tidak berbapak dan tidak beribu, juga tidak
beranak. Malaikat hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.
Malaikat ada banyak, tapi yang wajib diimani hanya ada sepuluh.
Kata
malaikat merupakan jamak dari kata Arab malak yang berarti kekuatan. Jadi
malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah
Allah. Malaikat dalam Islam, merupakan hamba dan ciptaan Allah yang
dijadikan daripada cahaya lagi mulia dan terpelihara daripada maksiat. Mereka
tidak berjantina, tidak bersuami atau isteri, tidak beribu atau berbapa dan tidak
beranak. Mereka tidak tidur dan tidak makan serta tidak minum. Mereka mampu
menjelma kepada rupa yang dikehendaki dengan izin Allah.
Rukun
iman dalam agama islam ada 6 (enam), salah satunya adalah iman kepada malaikat.
Iman kepada malaikat artinya meyakini bahwa Allah SWT., memiliki
malaikat-malaikat yang diciptakanNya. Ada 10 Malaikat yang wajib diketahui,
sepuluh malaikat dimaksud sebagai berikut.
1) Malaikat Jibril
Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu Allah
kepada para nabi dan rosul. Malaikat Jibril adalah penghubung antara Allah SWT
dengan nabi dan rosul-Nya.
2) Malaikat Mikail
Malaikat
Mikail bertugas memberi rejeki kepada manusia.
3) Malaikat Israfil
Malaikat
Israfil bertugas meniup terompet sangkakala pada hari kiamat.
4) Malaikat Izrail
Malaikat
Izrail bertugas sebagai pencabut nyawa.
5) Malaikat Munkar
Malaikat
Munkar bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan manusia di alam kubur
tentang amal perbuatan mereka saat masih hidup.
6) Malaikat Nakir
Malaikat
Nakir bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan manusia di alam kubur
tentang amal perbuatan mereka saat masih hidup.
7) Malaikat Raqib
Malaikat
Raqib bertugas mencatat segala amal baik yang dilakukan manusia.
8) Malaikat Atid
Malaikat
Atib bertugas mencatat segala perbuatan buruk yang dilakukan manusia.
9) Malaikat Malik
Malaikat
Malik bertugas menjaga pintu neraka dan menyambut ahli neraka.
10) Malaikat Ridwan
Malaikat
Malik bertugas menjaga pintu syurga dan menyambut ahli syurga.
b. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
uraian teori dan pokok masalah yang dirumuskan, dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut “Kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran
PAI tentang nama-nama malaikat Alloh dan tugasnya meningkat setelah digunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match”.
F. Metodologi
Penelitian
a. Setting Penelitian
Setting dimaksud
pada bagian metodologi penelitian ini meliputi subjek, tempat, waktu, dan
siklus PTK. Adapun lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD
Negeri 2 Legokjawa, yang berjumlah 21 orang, yang terdiri atas 10 siswa
berjenis kelamin laki-laki, dan 11 orang siswa berjenis kelamin wanita.
Masing-masing siswa memiliki karakter yang berbeda. Demikian pun dengan
kemampuannya dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PAI.
2.
Tempat penelitian ini berlangsung di kelas IV SD
Negeri 2 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
3.
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semeseter II
tahun pelajaran 2008/2009.
4.
Siklus penelitian ini direncanakan dan
diselenggarakan pada waktu yang telah ditentukan, yakni sebagai berikut.
1. Siklus I
(Pertemuan I) dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Maret 2008.
2. Siklus II
(Pertemuan II) dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2008.
3. Siklus
III (Pertemuan III) dilaksanakan pada hari Rabu, 1 April 2008.
b. Objek Penelitian
Ada tiga hal yang menjadi objek tindakan dalam penelitian
ini, yaitu:
1. input (kondisi awal), yaitu hasil pre test;
2. proses (saat berlangsungnya
pelaksanaan tindakan), terdiri atas: pengamatan terhadap guru (observing
teachers) dalam aktivitas pembelajaran,
pengamatan terhadap kelas (observing classromm) yakni manajemen
kelas, dan pengamatan terhadap siswa (observing student), yakni partisipasi
dan kreativitas siswa dalam pembelajaran;
3. output (hasil tindakan) berupa respon siswa
terhadap pembelajaran mata pelajaran PAI tentang malaikat-malaikat Alloh dan
tugasnya yang disajikan dengan menggunakan metode metode smart game dan
pembelajaran kooperatif tipe make a match dan hasil tes formatif setiap siklus dengan
kriteria keberhasilan sebagai berikut:
> 80 % =
sangat baik
60 – 79.9 % = baik
40 – 59.9 % = cukup
20 – 39.9 % = kurang
< 20 % = sangat kurang
c. Rancangan
Penelitian
Penelitian
ini direncanakan mengikuti alur penelitian tindakan kelas (class action
research), dengan model yang diplilih yaitu model yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Taggart, yakni siklus spiral
yang terdiri atas empat tahapan berikut: (1) merencanakan tindakan, (2)
melaksanakan tindakan, (3) mengamati pelaksanaan tindakan, dan (4) merefleksi
hasil tindakan.
d. Teknik
dan Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, seperti observasi, tes,
wawancara, dan dokumentasi. Lebih jelasnya mengenai penggunaan teknik dan
instrumen pengumpulan data tersebut, sebagai berikut.
1. Teknik observasi dilakukan untuk
memperoleh data tentang pelaksanaan tindakan. Instrumen yang digunakan untuk
teknik ini adalah lembar observasi.
2. Teknik tes digunakan untuk memperoleh
data kemampuan siswa, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan. Instrumen
yang digunakan untuk teknik ini adalah lembar tes.
3. Teknik wawancara digunakan untuk
memperoleh data tentang respon siswa terhadap pembelajaran yang sudah
berlangsung. Instrumen yang digunakan untuk teknik ini adalah lembar wawancara.
4. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data tertulis dan visualisasi setiap siklus KBM. Instrumen yang digunakan untuk
teknik ini adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan siklus setiap KBM yang
sudah berlangsung, seperti RPP, photo-photo KBM.
e. Teknik
Analisis Data
Data dianalisis bersama mitra kolaborasi sejak penelitian
dimulai, dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
G.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
Siklus I
Siklus I mengenai upaya peningkatan kemampuan menguasai
materi ajar PAI tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada siswa kelas
IV SD Negeri 2 Legokjawa melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match, berlangsung dalam empat
tahapan berikut.
1.
Perencanaan
Tindakan
Pada
tahap perencanaan tindakan, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat dalam
rangka:
1)
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I yang
akan dijadikan acuan pada saat pelaksanaan tindakan sedang berlangsung;
2)
menyusun dan memvalidasi instrumen yang diperlukan pada
saat pelaksanaan tindakan sedang berlangsung, seperti lembar tes yang memuat
sejumlah pertanyaan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah
pelaksanaan tindakan Siklus I, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, dan
lembar wawancara.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan siklus I berlangsung dalam kondisi sebagai berikut.
1)
Kegiatan Awal
(1)
Guru dan siswa mengadakan apersepsi.
(2)
Guru dan siswa melaksanakan pre test.
(3)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan berusaha
memahamkan siswa terhadap upaya untuk mencapainya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match.
2)
Kegiatan Inti
(4) Guru menyampaikan pesan kepada siswa
jika sudah menemukan pasangan, maka dengan sendirinya pasangan itu menjadi satu
kelompok. Siswa tampak dapat memahami tuntutan ini.
(5) Guru membagikan lembaran-lembaran
kertas kepada siswa secara acak. Siswa menerima lembaran tersebut dan berusaha
memahaminya.
(6) Guru memberi instruksi kepada siswa
untuk mencari pasangan dari lembaran kertas yang mereka terima. Siswa tampak
berusaha mengikuti petunjuk ini.
(7) Guru memberi instruksi kepada siswa
jika sudah menemukan pasangannya, maka susunlah materi secara utuh berdasarkan
kata-kata kunci yang mereka bawa pada lembar kertas yang sudah dipersiapkan.
Siswa tampak berusaha memenuhi tuntutan ini.
(8) Guru membagikan kertas plano dan lem
pada setiap kelompok untuk menempelkan hasil kerja mereka. Siswa tampak
berusaha memenuhi tuntutan ini.
(9) Guru memberi instruksi kepada salah
satu kelompok untuk presentasi, sedang kepada kelompok lain dituntut untuk memberikan
tanggapan. Dalam pada itu, guru memberikan konfirmansi. Salah satu kelompok
yang mendapat giliran melakukan presentasi dan mendapatkan tanggapan dari
kelompok lain.
(10)
Guru
memberi instruksi kepada kelompok lain yang mendapat giliran untuk melakukan
presentasi, serta menekankan kepada kelompok lain agar memberikan tanggapan,
dan bersiap-siap untuk mendapat giliran berikutnya.
3) Kegiatan Akhir
(1)
Guru dan siswa mengambil simpulan dari kegiatan yang
sudah dilaksanakan.
(2)
Guru dan siswa melaksanakan post test.
(3)
Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajaran dengan
tertib.
3. Observasi
Pelaksanaan
observasi dilakukan oleh teman sejawat, dengan berpedoman pada lembar observasi
yang sudah disediakan, baik untuk mengobervasi aktivitas guru maupun siswa pada
saat pelaksanaan tindakan siklus I sedang berlangsung. Melalui observasi yang
telah dilakukan itu diperoleh beberapa catatan dan penilaian sebagai berikut.
(1)
Guru dan siswa masih terkesan kaku dengan tugasnya
masing-masing, baik di awal, pada saat kegiatan inti, maupun di akhir
pembelajaran. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa dinilai kurang mampu.
(2)
Suasana kelas diributkan dengan kebingungan siswa ketika
berusaha mencari pasangan, dan kondisi ini kurang mampu dikendalikan oleh
guru.
4.
Refleksi
Untuk
mengetahui keberhasilan dan kegagalan atas pelaksanaan tindakan siklus I,
peniliti dan teman sejawat melakukan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi,
diperoleh ketentuan sebagai berikut.
1)
Guru tidak dapat berbuat banyak ketika dihadapkan dengan
kesulitannya sendiri dan apalagi mengatasi kesulitan siswa pada saat memenuhi
tuntutan pembelajaran.
2)
Siswa pun demikian, tampak paling bingung ketika harus
berusaha mengikuti tuntutan pembelajaran.
3)
Berdasarkan hasil tes belum tampak adanya peningkatan
kemampuan yang signifikan pada masing-masing siswa.
Atas
dasar itu, maka pada siklus II, baik guru maupun siswa perlu mengikuti yang
dianjurkan berikut.
1)
Guru harus berusaha lebih memahami lagi tentang
pengelolaan KBM berdasarkan tuntutan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
2)
Guru harus berusaha memusatkan perhatian siswa pada
penjelasan tentang langkah-langkah belajar berdasarkan tuntutan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match.
3)
Guru harus memotivasi siswa agar timbul semangat untuk
belajar lebih baik, tentunya dengan cara memberikan reward (penghargaan) dan
hukuman yang setimpal.
4)
Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, guru dan siswa
harus bermusyawarah untuk saling memahamkan tugas masing-masing, agar perilaku
yang diharapkan dapat terjadi.
Siklus II
Pelaksanaan
siklus II, menempuh empat tahapan seperti pada siklus I. Adapun gambaran dari
masing-masing tahapan pada siklus II ini, sebagai berikut.
1.
Perencanaan
Tindakan
Pada
tahap ini, peneliti dan teman sejawat berusaha mengupayakan segala sesuatunya
guna menunjang kelancaran pelaksanaan tindakan siklus II, agar berhasil
mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun implementasinya, sebagai berikut.
1)
Peneliti dan teman sejawat menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I. Dalam rangka itu,
siswa dilibatkan, agar diperoleh kesepakatan terkait dengan tugas guru dan
siswa pada saat pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.
2)
Peneliti dan teman sejawat menyusun dan memvalidasi
instrumen yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan II, seperti lembar tes
yang memuat sejumlah pertanyaan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan
sesudah pelaksanaan tindakan siklus II, lembar observasi aktivitas guru dan
siswa, dan lembar wawancara.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan siklus II berlangsung pada waktu yang telah ditentukan. Aktivitas guru
dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus II dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1)
Kegiatan Awal
(1)
Guru dan siswa mengadakan apersepsi melalui tanya jawab
terkait dengan materi yang telah dipelajari dan akan dipelajari lagi
berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
(2)
Guru dan siswa melaksanakan pre test.
(3)
Guru berusaha memahamkan siswa terhadap tujuan
pembelajaran dan cara belajar untuk mencapainya berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match.
2)
Kegiatan Inti
1) Guru menyampaikan pesan kepada siswa
jika sudah menemukan pasangan, maka dengan sendirinya pasangan itu menjadi satu
kelompok. Siswa tampak dapat memahami tuntutan ini.
2) Guru membagikan lembaran-lembaran
kertas kepada siswa secara acak. Siswa menerima lembaran tersebut dan berusaha
memahaminya.
3) Guru memberi instruksi kepada siswa
untuk mencari pasangan dari lembaran kertas yang mereka terima. Siswa tampak
berusaha mengikuti petunjuk ini.
4) Guru memberi instruksi kepada siswa
jika sudah menemukan pasangannya, maka susunlah materi secara utuh berdasarkan
kata-kata kunci yang mereka bawa pada lembar kertas yang sudah dipersiapkan.
Siswa tampak berusaha memenuhi tuntutan ini.
5) Guru membagikan kertas plano dan lem
pada setiap kelompok untuk menempelkan hasil kerja mereka. Siswa tampak
berusaha memenuhi tuntutan ini.
6) Guru memberi instruksi kepada salah
satu kelompok untuk presentasi, sedang kepada kelompok lain dituntut untuk
memberikan tanggapan. Dalam pada itu, guru memberikan konfirmansi. Salah satu
kelompok yang mendapat giliran melakukan presentasi dan mendapatkan tanggapan
dari kelompok lain.
7) Guru memberi instruksi kepada kelompok
lain yang mendapat giliran untuk melakukan presentasi, serta menekankan kepada
kelompok lain agar memberikan tanggapan, dan bersiap-siap untuk mendapat
giliran berikutnya.
3)
Kegiatan Akhir
1)
Guru dan siswa mengambil simpulan dari kegiatan yang
sudah dilaksanakan.
2)
Guru dan siswa melaksanakan post test.
3)
Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajaran dengan
tertib.
3.
Observasi
Seperti
pada siklus sebelumnya, observasi dilakukan oleh teman sejawat, dengan berpedoman
segala ketentuan yang tertuang pada lembar observasi, baik ketika mengobervasi
aktivitas guru maupun siswa pada saat berperilaku memenuhi tuntutan
pembelajaran. Berdasarkan catatan dan penilaian hasil observasi ini diperoleh
gambaran sebagai berikut.
1)
Guru dan siswa mulai terbiasa dengan tugasnya
masing-masing, dalam KBM mata pelajaran PAI tentang materi ajar
malaikat-malaikat Alloh dan tugas berdasarkan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Oleh karena itu, baik guru maupun siswa dinilai cukup mampu.
2)
Suasana kelas tidak terlalu ribut, dan iklim KBM mulai
berlangsung kondusif.
3)
Kesalahan yang dilakukan guru maupun siswa, baik
disengaja maupun tidak sengaja, dinilai tidak begitu urgen terhadap kemampuan
yang ditingkatkan. Hal ini terjadi karena guru dan siswa belum sepenuhnya
memahami benar tugasnya masing-masing dalam KBM berdasarkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match
4)
Berdasarkan hasil tes, kemampuan masing-masing siswa
dalam menguasai materi ajar diketahui mengalami peningkatan.
4.
Refleksi
Untuk
mengetahui keberhasilan dan kegagalan atas pelaksanaan siklus II dalam upaya
meningkatkan kemampuan siswa untuk menguasai materi ajar PAI tentang
malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya melalui penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match, maka
peneliti dan teman secara melakukan refleksi. Adapun hasilnya, sebagai berikut.
1)
Guru cukup mampu berdaya upaya melakukan segenap tugasnya
untuk mengarahkan siswa agar belajar sesuai dengan tuntutan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match.
2)
Secara bertahap, setiap siswa mengalami kemajuan, baik
dalam memenuhi tuntutan pembelajaran maupun tingkat penguasaan materi ajar yang
disajikan. Sebelumnya (pada siklus I) antarsiswa tidak terjadi saling belajar.
Selain itu, saat melakukan presentasi hasil diskusi dengan pasangannya, dinilai
cukup representatif. Oleh karena itu,
sangat wajarlah apabila kemudian terjadi peningkatan kemampuan menguasai
materi ajar.
3)
Seluruh siswa diketahui sudah mencapai batas minimal
ketuntasan belajar, yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tes pada siklus II
di atas rata-rata nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan
sekolah untuk mata pelajaran PAI pada semeseter II. Dengan demikian, siklus
pembelajaran berakhir hingga siklus II.
b. Pembahasan
Upaya
meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai
materi ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran PAI
melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, yang dilaksanakan dalam siklus dinilai cukup
berhasil. Hal ini terbukti dari rata-rata nilai hasil pre test (tes awal) pada prasiklus I mencapai rata-rata
nilai 55,
siklus I mencapai rata-rata
nilai 63,08,
siklus II mencapai rata-rata
nilai 75,08,
dan tes akhir pasca
siklus II mencapai rata-rata nilai 80,73. Mengenai kenaikan kemampuan siswa ini dapat digambarkan melalui grafik berikut.
Grafik 1: Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Grafik di atas menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan siswa. Peningkatan terjadi dari sebelum dilakukan
tindakan sampai akhir tindakan. Pada setiap siklusnya kenaikan hasil belajar
siswa cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa
rata-rata hanya 55,00 setelah akhir tindakan pada siklus I rata-rata 63,08,
siklus II rata-rata 75,08, dan post test (tes akhir) rata-rata 80,73.
Kenaikan tersebut merupakan suatu realita bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match dapat
meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi
ajar yang menjadi target upaya yang dilakukan.
Ditinjau dari pencapaian
persentase ketuntasan belajar pada pre
test (tes awal) adalah 20%, siklus I adalah 67,50%, siklus II adalah
87,50%, dan post test (tes akhir)
adalah 87,50%. Kenaikan persentase pencapaian ketuntasan belajar siswa ini
digambarkan pada grafik berikut ini.
Grafik 2: Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Grafik di atas
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa. Peningkatan terjadi dari
sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan. Pada setiap siklus kenaikan
pencapaian hasil belajar siswa yang menujukkan tingkat kemampuannya, cukup
tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa hanya 20%, setelah
akhir tindakan pada siklus II menjadi 87,50%. Kenaikan tersebut merupakan suatu
realita bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan kemampuan
siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam menguasai materi ajar tentang
malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya.
Meski demikian, hasil
temuan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siklus I
belum menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh guru
belum memberikan penekanan secara khusus terhadap proses pembelajaran.
Misalnya: tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa belum disertai dengan
penjelasan yang lebih rinci. Selain itu, para siswa masih banyak yang belum
memahami benar cara mengisi kartu soal dan jawaban ke dalam LKS. Untuk itu, pada
siklus II guru melakukan berbagai upaya seperti yang telah dikemukakan pada
uraian sebelumnya. Perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II
ini lebih menitikberatkan pada teknik mengisi LKS. Pada bagian ini peneliti
berusaha menjelaskan kembali materi pelajaran dengan cara lebih menyederhanakan.
Upaya yang telah dilakukan guru tersebut dinilai cukup berhasil memberi dampak
terhadap iklim KBM dirasakan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Sebagian siswa tampak aktif mengikuti berbagai kegiatan yang berusaha
dipenuhinya dengan baik. Meskipun ada di antara siswa yang belum menjawab
pertanyaan secara benar, maka guru menganjurkan kepada yang bersangkutan untuk
mendiskusikan jawabannya ke dalam kelompoknya. Setelah para siswa berdiskusi
akhirnya siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
H.
Simpulan dan Saran
a.
Simpulan
Setelah melakukan pembahasan terhadap
hasil penelitian ini, akhirnya dapat diambil suatu simpulan untuk menjawab
pokok masalah yang diajukan, yakni sebagai berikut.
1. Langkah-langkah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Math
untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam
menguasai materi ajar malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata pelajaran
PAI, meliputi:
1) menyusun rencana yang matang untuk
dijadikan pedoman bagi guru ketika membimbing dan mengarahkan siswa untuk
belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam kegiatan
pembelajaran;
2) guru dan siswa melaksanakan KBM sesuai
dengan rencana;
3) guru dan siswa melaksanakan evaluasi,
dan hasilnya ditindaklanjuti bersama dengan cara-cara yang akurat.
2. Kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2
Legokjawa dalam menguasai materi ajar tentang malaikat-malaikat Alloh dan
tugasnya pada mata pelajaran PAI, meningkat secara bertahap setelah digunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match.
3. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match terbukti
dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 2 Legokjawa dalam
menguasai materi ajar tentang malaikat-malaikat Alloh dan tugasnya pada mata
pelajaran PAI.
b.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis
sebagai peneliti dapat mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Ada baiknya untuk ke depan agar
diperoleh suatu kondisi yang diharapkan, guru dapat merencanakan segala
sesuatunya dengan baik, terutama bagaimana cara untuk mengatasi kelemahan dari
model pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match. Hal ini sangat penting, tentunya bagi siswa yang dihadapkan pada
masalah terkait dengan tuntutan pembelajaran.
2. Ada baiknya, inovasi pembelajaran
seperti ini terus diupayakan, agar siswa semakin merasa senang untuk belajar
berbagai materi ajar mata pelajaran PAI, yang pada gilirannya akan memberi
dampak pada pencapaian tujuan yang diharapkan.
I.
Daftar Rujukan
Hamalik, Oemar.
2004. Proses Belajar
Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hermawan, Asep.
2008. Metodologi Penelitian Tindakan
Kelas. Ciamis: Universitas Galuh Press.
...........................
.2008. Problematika Kegiatan Belajar Mengajar. Ciamis: Universitas Galuh
Press.
Ibrahim, H.
Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: University Press
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan
Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Widyaningsih, Wahyu. 2008. Kel. 3
Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan
Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika. Makalah dipbulikasikan
melalui http://tpcommunity05.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 26 April 2008).
Anwar Holil,
Model Pembelajaran Kooperatif, www.anwarholil.blogspot.com,
didownload pada 26 Januari 2009.
Ariany
Syurfah. 2007. Multipple Intelligences
for Islamic Teaching, Bandung : Syamil Publishing
Badan
Standar Nasional Pendidikan, 2006. Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: BSNP
Departemen
Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan
Mendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Sandar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta
: bp Pustaka Candra
Departemen
Pendidikan Nasional. Konsep PAKEM.
www.akhmadsudrajat.wordpress.com, didownload pada 20 Desember 2008
Ina Karlina.
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) Sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa.
www.google.co.id, didownload pada 26 Januari 2009
M. Quraish
Shihab. Lentera Hati. Bandung; Mizan,
1996, Cet. VI, h.
Masoffa. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan
Pembelajaran Konvensional. www.masoffa.wordpress.com, didownload pada 26
Januari 2009
Maulia D.
Kembara. Panduan Lengkap Home Schooling.
Bandung: Proggressio, 2007, h. 18
Rahmat Aziz.
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
dan Kompetitif dalam Mengembangkan Kreativitas. www.azirahma.blogspot.com,
didownload pada 26 Januari 2009
Slavin, Robert
E. Cooperative
Learning, Teori, Riset dan Praktik. Terj : Nurulita, Bandung: Nusa media,
2008, Cet. III
Tarmizi. Pembelajaran Kooperatif “Make a Match”,
www.tarmizi.wordpress.com, didownload pada 26 Januari 2009

Tim Learning
With Me. Pembelajaran.
www.learning-with-me.blogspot.com, didownload pada 26 Januari 2009
Baccarat - The Borgata | Borgata
BalasHapusBaccarat is played on several levels, with each of the players spinning and putting 검증 바카라 사이트 the cards in the same suit. This variation of poker Rating: 5 · 6 votes